Senin, 03 Maret 2008

Birul Walidain Siapa dulu?

Islam adalah agama yang adil yang menempatkan hak dan kedudukan manusia sesuai dengan keadaannya. Termasuk dalam hal berbakti kepada kedua orang tua. Sudah sangat jelas bahwa peran ibu lebih besar dari pada peran ayah. Namun seorang ayah juga memiliki peranan penting terhadap anak. Lalu bagaimana pembagian hak kedua orang tua secara terperinci menurut agama yang telah sempurna ini?

Di dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 Allah Subhanahu wa Ta'alaa berfirman :

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a,
"Ya Rabb-ku, tunjukkilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridlai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

Ukuran terendah mengandung sampai melahirkan adalah 6 bulan (pada umumnya adalah 9 bulan 10 hari) di tambah 2 tahun menyusui anak jadi 30 bulan, sehingga tidak bertentangan dengan surat Lukman ayat 14. 1

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar dari pada kepada bapak.

Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ia berkata, "Datang seseorang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali ?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi ?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ibumu!' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Ibumu!', Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi, 'Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Bapakmu' " 2

Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair berkata :

"Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikannmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras.
Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlak yang tidak baik. Dia selalu mendo'akanmu dengan taufiq, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat di sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga disisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Dan engkau menhdahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu. Dan engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia buat. Dan rasanya berat atasmu memeliharanya padahal adalah urusan yang mudah. Dan engkau kira ibumu ada di sisimu umurnya panjang padahal umurnya pendek. Engkau tinggalkan padahal dia tidak punya penolong selainmu.
Padahal Allah telah melarangmu berkata 'ah' dan Allah telah mencelamu dengan celaan yang lembut. Dan engkau akan disiksa di dunia dengan durhakanya anak-anakmu kepadamu. Dan Allah akan membalas di akhirat dengan dijauhkan dari Allah Rabbul 'Aalamin. Dan Allah berfirman di dalam surat Al-Hajj ayat 10:
"(Akan dikatakan kepadanya), 'Yang demikian itu, adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali tidak pernah berbuat zhalim kepada hamba-hambaNya".

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besarnya jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kepada anak tidak bisa dihitung. Ketika Ibnu Umar menemui seseorang yang menggendong ibunya beliau mengatakan, "Itu belum bisa membalas". Kemudian juga beberapa riwayat 3 disebutkan bahwa seandainya kita ingin membalas jasa orang tua kita dengan harta atau dengan yang lain, masih juga belum bisa membalas. Bahkan dikatakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Kamu dan hartamu milik bapakmu" 4




Catatan Kaki

...1
[Lihat Tafsir Ibnu Katsir]
...2
[Hadits Riwayat Bukhari (Al-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]
...3
Shahih Ibnu Majah No. 1855
...4
[Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Jabir, Thabrani dari Samurah dan Ibnu Mas'ud, Lihat Irwa'ul Ghalil 838]


1 komentar:

Tuti A mengatakan...

Ya Rabb, jadikan hamba anak yang patuh pada orang tua dan ampuni dosa hamba jikalau selama ini ada perkataan dan perbuatan hamba yang menyinggung perasaan-Nya.

"Ibu msh terngiang suaramu meski saat ini jarak memisahkan aku darimu.
Saat aku jauh, lidahmu tdk pernah
kering untuk berdo'a demi kebaikan
anakmu.
Semua Kau lakukan tanpa menuntut pamrih dan balas jasa.
Tapi apa yang anakmu berikan kepadamu belum sepadan dengan apa yang telah kau berikan.
Terima Kasih Ibu....
Aku Rindu Padamu Ibu...


Hujan...........
Ingatkan aku tentang satu rindu
Dimasa yang lalu saat mimpi masih indah bersamamu
Oh Ibu.....
Terbayang satu wajah penuh cinta, penuh kasih
Terbayang satu wajah penuh dg kehangatan
Kau Ibu....
Oh Ibu....
Allah Ijinkan aku bahagiakan dia...
Mesti dia tlah jauh biarkanlah aku
menanti dirinya
Oh Ibu....
Kau Ibu...

(Satu Rindu by opick)

Terima kasih utk Thausiyahnya

Wassalamu 'alaikum

Tuti A