Selasa, 25 Maret 2008

Satu kesulitan dua Kemudahan

Musibah adalah bagian dari kesulitan hidup. Ia juga bagian dari nuansa kehidupan yang tidak hanya kaya akan kesulitan, melainkan juga kaya dengan kebahagiaan. Kadang-kadang, banyak orang tidak bersyukur dan terlupa dengan kebahagiaan yang diraihnya sebelum datang kesulitan. Mereka terus menyalahkan takdir, menyalahkan orang lain karena kesulitan yang menghadangnya itu.

Mereka lupa, bahwa pada saat kebahagiaan datang kepada mereka, tak satu hal pun dilakukan untuk mensyukurinya. Jangankan untuk menghisab diri dengan datangnya musibah tersebut, menyadarinya sebagai bagian dari sunnatullah dan ujian dari Allah pun acapkali jarang terjadi. Demikianlah orang-orang yang tidak memiliki keyakinan yang ajeg kepada Tuhannya.

Sementara itu, orang-orang yang beriman, mereka tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah SWT. Mereka yakin dengan janji Allah bahwa pada setiap kesulitan itu diapit oleh kemudahan. (QS. Alam Nasyrah [94] : 6).

Inilah berita gembira bagi orang-orang yang sabar. Karena Allah tak pernah mengingkari janji-janjiNya. Namun, adakalanya orang yang sudah beriman pun akhirnya tergelincir karena kurang sabar. Ketika musibah datang bertubi-tubi, kesabaran pun dianggap sudah habis dan mencapai batasnya. Mereka kemudian mencari jalan pintas untuk bisa keluar dari kesulitan.

Sebuah ikhtiar seharusnya dilakukan dengan cara yang sesuai dengan rambu-rambu sunnatullah. Jika Allah menjanjikan akan datangnya dua kemudahan, memang bukan berarti ia datang tiba-tiba dan lantas menyelesaikan permasalahan. Akan tetapi tetap harus diupayakan, dicari, dan digali. Allah Sendiri yang akan menuntun kita selama kita memohon perlindungan dan tuntunan kepadaNya.

Musibah adalah 'buah' dari kehendak Sang Maha Berkehendak. Maka pasti Dia juga yang tahu jalan keluarnya. Maka, tak ada tempat kembali yang utama kecuali kepada Allah dikembalikan segala urusan dengan ikhtiar zhahir yang maksimal. Mudah-mudahan musibah yang datang melanda kita sanggup memberi pelajaran dan mendatangkan berjuta hikmah. Dan mengembalikan kita pada kesadaran bahwa Kehendak Allah di atas segalanya.

Nikmatilah kesulitan hidup seperti kita menikmati kebahagiaan hidup. Karena setelah kesulitan akan datang kemudahan dan kebahagiaan. Lalu waspadalah dan berbekallah karena setelah kebahagiaan itu akan berganti pula dengan kesulitan atau problematika baru. Karena demikianlah sunnatullah.

Satu hal yang juga penting, jangan sampai ketawakalan seperti ini pun menjebak kita dalam sebuah doktrin, yang memandang kesulitan hidup yang terjadi sebagai takdir Allah semata, sehingga menghentikan upaya untuk terus memperbaiki kualitas hidup, mematikan kreativitas, dan melupakan ikhtiar. "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri yang mengubahnya." (QS. Ar-Ra'du [13] : 11).

Tidak ada komentar: