Jumat, 30 Mei 2008

THAGHUT SIAPA DIA?

Thaghut adalah ilah-ilah palsu, tuhan-tuhan bathil. Bentuk-bentuk thaghut itu bermacam-macam. Diantara thaghut-thaghut itu adalah:

Jin

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, Maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al-Jin: 6)

Jin adalah makhluq ciptaan Allah yang jasmaninya dibuat dari api. Sebagian manusia meminta bantuan dan perlindungan kepada jin-jin yang mereka anggap dapat memberi perlindungan dan segala permintaan mereka. Jin sering dianggap sebagai penunggu atau pun penguasa suatu tempat. Dia dianggap memiliki kekuatan untuk melindungi atau mendatangkan rizqi. Padahal semestinya hanya kepada Allah kita menyembah, dan hanya kepada-Nya pula kita meminta pertolongan dan memohon perlindungan.

Arca, Manusia, dan Dewa

(Yusuf berkata:) Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama (berhala) itu (untuk disembah). Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Yusuf: 39-40)

Dalam beberapa sumber dikatakan bahwa arca berhala itu merupakan patung dari orang-orang terdahulu yang shalih, atau berpengaruh, atau pun memiliki kekuatan yang luar biasa. Kemudian mereka mengangkat orang-orang tersebut sebagai tuhan atau pun dewa. Mereka beranggapan bahwa untuk menyembah Tuhan Pencipta haruslah melalui tuhan putera atau pun manusia titisan Tuhan seperti Yesus, Firaun, Horus, dsb. Padahal segala ibadah itu semestinya ditujukan kepada Allah secara langsung.

Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaithan yang durhaka, (QS. An-Nisa`: 117)

Hawa Nafsu

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25:43)

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (QS. 45:23)

Termasuk dalam golongan penyembah hawa nafsu adalah orang-orang atheis seperti Darwinis, Evolusionis, Buddhis, Komunis, Marxis, dsb.

Benda Alam

Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat:: 37)

Benda alam seperti batu, bintang, matahari, bulan, pohon, gunung, semua itu adalah ciptaan Allah. Walau matahari tampak begitu perkasa, tetapi keperkasaannya berasal dari Yang Mahaperkasa, yaitu Allah SWT. Maka hendaknya kita tidak menyembah benda alam tersebut, akan tetapi sembahlah Allah Yang Menciptakan itu semua.

Anehnya, ada orang-orang yang sudah melek tekhnologi, tetapi masih saja menyembah matahari. Mungkin merupakan tugas bagi saudara-saudara kita di Jepang untuk menyampaikan aqidah Islam kepada orang-orang yang belum terbebaskan dari ajaran-ajaran bathil tersebut.

Antara Jalan Islam dan Jalan syaitan

idak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 256)

Agama Islam melandaskan syariatnya kepada firman Allah dan sabda Rasulullah SAAW. Sabda Rasulullah SAAW yang mengandung syariat itu sendiri sebenarnya tidak keluar atas kehendak beliau sendiri, melainkan atas kehendak Allah yang telah mengutusnya. Jadi, Syari’ atau Pembuat syariat sesungguhnya adalah Allah.

Namun muncul suatu kaum yang mengagung-agungkan ustadz-ustadz mereka. Seakan-akan ustadz-ustadz mereka yang telah menyempal dari jama’ah mayoritas ummat Islam itu tidak akan tersesat. Padahal jaminan keselamatan itu tidak terletak pada para penyempal, melainkan pada jama’ah mayoritas ummat Islam.

Mereka telah menjadikan ustadz-ustadz mereka sebagai syari. Jika ustadz mereka berkata bahwa maulid itu bid’ah, maka mereka pun berkata demikian. Jika ustadz mereka berkata bahwa matahari itu mengelilingi bumi, maka mereka pun turut. Padahal apa yang dikatakan ustadz-ustadz mereka itu muncul dari kejahilan dan rusaknya cara berfikir. Maka jahil dan rusak pula orang-orang yang mengikuti ustadz-ustadz itu.

Bagaimana tidak dikatakan rusak dan jahil, sedangkan pemikiran mereka berbeda dengan Al-Qur’an dan Hadits? Contohnya, mereka katakan bahwa merayakan maulidur Rasul itu bid’ah karena Nabi tidak pernah merayakan hari lahir beliau. Pendapat ustadz mereka itu jelas bertentangan dengan sabda Nabi yang tercantum pada hadits shahih.

Tentang keistimewaan hari lahir Nabi saw, terdapat hadits shahih dari Abi Qatadah, beliau menceritakan bahwa seorang A’rabi (Badawi) bertanya kepada Rasulullah saw: “Bagaimana penjelasanmu tentang berpuasa di hari Senin? maka Rasulullah saw menjawab, ‘Ia adalah hari aku dilahirkan dan hari diturunkan kepadaku Al-Qur’an” [Syarh Shahih Muslim An-Nawawi 8 / 52]

Memuji Rasul pun mereka anggap bid’ah. Padahal beliau telah dipuji dengan berbagai pujian, sifat dan gelar, misalnya uswatun hasanah, al-amin, al-musthofa, nabiyur rohmah, ro-ufur rohim, sayidun nas, ulul azhmi, dll. Bahkan nama beliau bermakna ‘yang terpuji’.

Apakah berlebihan jika kita menyebut Nabi sebagai ‘yang terpuji’? Nyatanya tidak. Apakah berlebihan menyandarkan sifat Allah Ro-ufur Rohim kepada Nabi? Nyatanya tidak. Bahkan Allah sendiri yang telah menyifatkan bahwa Nabi itu ‘bil-mu-minina ro-ufur rohim’. Allah juga yang telah berfirman, “Qod ja-akum minallahi nur, sungguh telah datang kepada kalian cahaya dari Allah.” Allah sendiri yang menyebut beliau SAAW sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah sendiri yang menyebut beliau SAAW sebagai cahaya yang menerangi langit dan bumi, itu berarti bahwa beliau SAAW adalah matahari bagi alam semesta. Allah sendiri yang menyebut beliau SAAW sebagai cahaya di atas cahaya. Karena beliau itu lebih bercahaya dari bintang manapun. Cahaya beliau akan tetap bersinar, walau bintang-bintang telah padam.

Namun para penyempal itu mengatakan bahwa memuji Nabi Muhammad SAAW itu merupakan sikap ghuluw. Ketahuilah bahwa yang ghuluw itu adalah mereka yang mengidolakan para penyempal ekstrim yang menghalalkan darah kaum muslimin. Jika Anda melihat sejarah mereka dengan seksama, tentu Anda akan melihat betapa ekstrimnya mereka itu.

Tahukah Anda bagaimana Allah mengajarkan malaikat cara memulyakan Nabi Adam as? Apakah dengan menyuruh mereka agar mencium tangan Nabi Adam as? Bukan. Tetapi Allah mengajarkan para malaikat untuk memulyakan Nabi Adam as dengan menyuruh mereka agar bersujud kepada Nabi Adam as. Apakah hal itu ghuluw? Tidak. Begitulah yang Allah ajarkan. Sujud tersebut adalah lit-ta’zhim (untuk mengagungkan), bukan lit-ta’bud (untuk menyembah).

Allah telah mengajarkan bagaimana cara memuji dan memulyakan Nabi Muhammad SAAW yang lebih mulya dibanding semua makhluq Allah. Apakah hal itu ghuluw? Ingatlah oleh Anda bahwa hanya Iblis saja yang enggan dan menolak untuk memulyakan Nabi Adam as dengan cara yang Allah ajarkan!

Para penyempal itu menyebut kitab rawi maulid sebagai kitab bid’ah karena berlebihan dalam memuji Rasulullah SAAW. Padahal pujian yang terkandung didalamnya masih sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits. Saya khawatir, jangan-jangan setiap kali para penyempal itu membaca Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 128 dan yang semisalnya, bukannya pahala yang mereka dapat, malah laknat dari apa yang mereka baca itu yang mereka terima.

Global Warning

Dan apabila lautan dipanaskan, (QS. At-Takwir: 6)
Dan apabila lautan dijadikan meluap, (QS. Al-Infithar: 3)

Menurut kami, global warming (pemanasan global) merupakan global warning (peringatan global) bahwa dunia ini semakin mendekati ‘ajalnya’. Seperti judul film Bang Dedi Mizwar, Kiamat Sudah Dekat. Itu adalah benar. Sebagaimana telah diperingatkan oleh Al-Qur`an, bahwa salah satu tanda semakin dekatnya kiamat adalah ketika lautan dipanaskan hingga airnya meluap. Maka, perbaikan secara lahiriah saja tidaklah cukup, tetapi juga perbaikan secara rohani.

Orang zaman sekarang berfikirnya agak sempit. Mereka berfikir bahwa dengan membagikan -maaf- kondom, maka masalah AIDS bisa dikurangi. Padahal Allah menurunkan AIDS bukan karena manusia malas menggunakan -maaf- kondom. Allah menurunkan AIDS karena manusia itu melakukan perzinahan. Begitu juga dengan global warming, hal ini bukan semata-mata karena manusia melakukan hal-hal yang merusak ozone, tetapi juga karena manusia banyak yang melakukan kerusakan akhlaq, sehingga Allah membiarkan alam ini tidak ‘memperbaiki dirinya’. Seandainya manusia melakukan perbaikan pada dirinya, tentu Allah akan memerintahkan alam ini untuk memperbaiki dirinya pula.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’raf: 96)

Lihatlah, Allah berjanji bahwa jika kita beriman dan bertaqwa, tentu Allah akan memperbaiki alam ini hingga kita hidup dalam kebaikan semata. Allah sanggup mengubah tanah tandus menjadi tanah subur nan hijau. Dan tak ada manusia yang bisa menghalangi kehendak Allah jika Dia telah berkehendak. Manusia tidak akan bisa merusak apa-apa yang Allah kehendaki untuk tetap baik. Dan manusia juga tidak dapat memperbaiki apa-apa yang Allah kehendaki untuk menjadi rusak.

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (QS. Al-A’raf: 57)

Seandainya perbaikan alam ini disertai dengan perbaikan iman dan taqwa, tentu manusia akan menemui bahwa janji Allah itu pastilah benar.

Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. Ar-Ra’d: 31)

Menyedihkan

MENYEDIHKAN! Kata itulah yang bisa diterapkan pada sebagian remaja kita. Remaja kita tengah berada di persimpangan jalan. Mereka gamang. Di satu sisi remaja harus menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan kecemasan-kecemasan atas perkembangan yang terjadi pada tubuh mereka, khususnya menyangkut pematangan organ-organ reproduksi yang seolah-olah asing baginya. Sementara di sisi lain, mereka juga tengah terseret oleh satu arus besar berupa pergeseran nilai-nilai global menyangkut paradigma atau cara pandang terhadap seksualitas. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan multimedia merupakan salah satu kendaraan yang mampu menyeret remaja kita pada pusaran revolusi nilai-nilai dan moralitas seksual tersebut.

Pada tahap remaja, bisa dikatakan perasaan seksual demikian menguat. Gejala tersebut tak bisa tidak harus dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda antara satu remaja dan remaja lain. Demikian pula kadar kemampuan mengendalikan gejolak perasaan seksual juga berbeda. Sayangnya, ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berusaha keras menyembunyikan segala hal tentang seks. Atau dengan kalimat yang lebih halus, masyarakat tidak mampu menjadi mentor yang membimbing remaja ke arah yang benar berkaitan dengan seks.

Akibatnya, remaja merasa ditinggalkan begitu saja dengan sejuta tanda tanya di kepala mereka. Pandangan bahwa seks adalah sesuatu yang tabu, telah sekian lama tertanam dan bersemanyam dalam moralitas ketimuran, membuat remaja enggan bersikap terbuka. Misalnya berdiskusi tentang segala aspek menyangkut seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja (KRR), baik dengan orang lain atau malah dengan saudara dan orang tua mereka. Mereka merasa tidak nyaman bila membahas persoalan seks.

Celakanya, di tengah tidak tersedianya sumber informasi yang akurat dan benar tentang seks dan KRR, untuk memuaskan keingintahuan mereka, para remaja justru bergerilya mencari akses dan eksplorasi diri lewat berbagai cara dan media. Ada yang lewat buku, majalah, film, obrolan dengan teman, atau lewat internet. Sayangnya, sumber informasi yang mereka dapat memberikan substansi yang salah dan menyesatkan. Buku, majalah, film, dan internet yang mereka akses cenderung bermuatan pornografi, bukan pendidikan seks. Remaja pun kemudian berubah, dari semula seorang yang mencari tahu apa itu seks, menjadi penikmat seks di media yang diaksesnya.

Karena seks hampir sama dengan candu, para remaja yang kebetulan berada pada usia penuh gejolak pun terus dilanda kecanduan seks. Mereka terjebak dan ketagihan oleh materi di buku, majalah, atau film porno yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa diimbangi suatu sikap tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang bakal mereka hadapi. Situs-situs porno di internet pun seolah menjadi “lokasi hiburan” para remaja dalam memuaskan hasrat seksualitasnya. Meski saat ini aktivitas situs porno baru mencapai 2-3% saja dari total pengguna internet, kecenderungan remaja untuk membuka internet karena ingin mengakses ke situs porno tetap harus menjadi hal yang perlu diwaspadai.

Kalau saja berbagai tindakan keliru dalam mencari sumber referensi mengenai seks itu tidak diikuti oleh perbuatan — dalam pengertian melakukan aktivitas dan praktik seksualitas — kekhawatiran kita tidak terlalu besar. Persoalannya, bersamaan dengan maraknya perbuatan mencari sumber informasi itulah, praktik-praktik seksualitas di luar “jalur legal” kian memprihatinkan. Berdasarkan data UNICEF, remaja yang beberapa generasi lalu masih malu-malu, kini sudah mulai berani melakukan hubungan seks di usia dini, yakni 13-15 tahun. Memang hasil penelitian di beberapa daerah menunjukkan bahwa seks pranikah belum terlampau banyak dilakukan. Misalnya di beberapa daerah seperti Jateng, Jatim, Jabar, dan Lampung angkanya baru berkisar 0,4% - 5%. Di daerah perkotaan Jawa Barat angkanya mencapai 1,3% dan pedesaan 1,4%, sedangkan Bali angkanya 4,4% di perkotaan dan 0% di pedesaan.

Namun demikian, beberapa penelitian lain menemukan jumlah remaja yang melakukan seks pranikah jauh lebih fantastis. Misalnya saja hasil survei dasar KRR yang dilakukan BKKBN Jabar terhadap 288 responden usia 15-24 tahun di enam kabupaten di Jabar pada Mei 2002 diperoleh data sekira 39,65% remaja Jabar pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil survei BKKBN-LDFE UI memperlihatkan di Indonesia terjadi 2,4 juta kasus aborsi per tahun dan sekitar 21%-nya dilakukan oleh remaja, angka penyakit menular seksual (PMS) pada remaja mencapai 4,18%, 50% dari jumlah penderita HIV/AIDS di Jabar berusia sekisar 15-29 tahun dan pengguna narkoba mencapai 2.736 orang.

Data yang membuat para orang tua ”merinding” ini bisa jadi menunjukkan angka lebih besar, karena memang yang muncul ke permukaan hanyalah segelintir. Bayangkan jika para remaja kita yang terkena HIV/AIDS itu kelak berhubungan seks dengan orang yang sehat, berapa banyak mereka yang akan tertular penyakit yang menyerang daya imunitas seseorang itu.

Menurut sejumlah pakar, angka-angka hasil penelitian berbagai lembaga tersebut cenderung memperlihatkan fenomena “gunung es” dengan kaki gunungnya terbenam di bawah samudera. “Angka hubungan seksual sebelum nikah, kehamilan tak diharapkan, penggunaan narkoba, pengidap AIDS/HIV, dan kasus-kasus aborsi di kalangan remaja menunjukkan gejala yang cukup mengkhawatirkan,” kata Kepala Bidang Pengendalian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Jabar Drs. Suryadi Danuwisastra.

**

KELALAIAN untuk menanggapi kebutuhan remaja akan informasi tentang KRR dan seks yang bertanggung jawab ternyata berbuah pahit. Begitu populernya perilaku berisiko, begitu banyak korban berjatuhan, begitu tinggi biaya sosial yang harus kita bayar. Masa depan remaja yang terampas tentu saja tidak mungkin bisa dikembalikan oleh uang, betapa pun besarnya uang itu. Mengenai besarnya biaya atau beban sosial yang harus dibayar, bisa dilihat dari beberapa fakta di bawah ini.

Percaya atau tidak, angka statistik pernikahan dini — dengan pengantin wanita berusia di bawah 16 tahun — secara keseluruhan mencapai lebih dari seperempat dari total pernikahan. Bahkan di beberapa tempat, angkanya jauh lebih besar, misalnya Jatim 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Tengah 27,84%, dan Jawa Barat 36%. Di banyak daerah pedesaan, pernikahan seringkali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat haid pertama. Padahal, pernikahan dini berarti mendorong remaja untuk menerabas alur tugas perkembangannya, menjalani peran sebagai dewasa tanpa memikirkan kesiapan fisik, mental dan sosial mereka.

Lantas, perjalanan apa yang bisa kita petik dari fenomena di atas? Tak lain, kekukuhan kita untuk terus mengingkari kenyataan bahwa remaja butuh pengetahun dan informasi yang benar tentang seks serta KRR telah menjerumuskan remaja ke dalam kondisi yang menjadikan mereka tidak berkualitas. Mereka menapaki jenjang kehidupan berikut berupa keluarga dengan bekal informasi yang salah. Akibatnya, lembaga keluarga yang mereka bangun pun tidak berkualitas, ayah dan ibu masih muda dan tidak siap menjadi orang tua. Mereka kemudian melahirkan anak-anak yang juga tidak berkualitas. Begitu seterusnya.

Sudah saatnya kita memperbaiki fungsi keluarga, yang barangkali untuk beberapa hal menunjukkan berbagai distorsi. Keluarga adalah segalanya, dengan ayah dan ibu yang bisa menjadi sumber pertama yang mampu memberi informasi mengenai seks kepada remaja secara benar dan tepercaya. Tentu saja, keluarga saja belum cukup. Peran sejumlah lembaga yang berkaitan dengan masalah pendidikan seks, konseling seks, dan KRR, tetap perlu dilibatkan. Yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana orang tua menanamkan nilai-nilai agama sejak usia dini sambil terus memberikan pengertian dan penyadaran mengenai seksualitas dan KRR.

Remaja adalah mata rantai dalam pembentukan masa depan dan sejarah perjalanan bangsa. Remaja rusak berarti juga menyiapkan bangsa ini jadi rusak. Oleh karena itu, mereka harus diselamatkan sebab jika remaja kita berkualitas rendah, hal itu akan berakibat pada kehancuran bangsa. Untuk itulah kita para orang tua, juga para remaja hendaknya bersama-sama mencegah keadaan tersebut menjadi lebih gawat.

Memang tidak mudah, tapi juga tidak ada lagi alasan bagi orang tua untuk berleha-leha menghadapi anak-anak mereka yang sudah memasuki usia remaja

Al Wahn : Cintai Dunia Takut Mati

Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)

Zaman terus bergulir menghampiri penghabisannya. Hadits-hadits nabi tentang datangnya akhir dari alam semesta semakin terpenuhi. Kita telah melihat bahwa ummat ini semakin mengikuti tingkah laku yahudi dan nashara.

Bukan hanya di mal-mal, bahkan di pasar-pasar tradisional, kita dapat melihat betapa ummat ini telah melangkah meninggalkan millah Islam dan terus saja mengikuti jejak yahudi dan nashara, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga ke lubang biawak pun mereka ikuti.

Ummat telah banyak yang melupakan Allah. Mereka terjebak dalam kenikmatan duniawi yang sementara. Mereka berbuat semaunya seolah surga dan neraka itu tak ada. Telah banyak diantara kita yang meninggalkan shalat fardhu sebagai tanda tak rindunya kita dengan Allah. Kalau pun kita shalat, kita shalat tanpa tahu ilmunya dengan baik dan benar. Kalau pun tahu ilmunya, hati dan fikirannya belum bisa benar dalam mendirikan sholat. Tetapi yang sangat perlu diperhatikan adalah mereka yang telah meninggalkan shalat fardhu. Apakah mereka tidak rindu untuk berjumpa dengan Allah?

Dari meninggalkan shalat itulah, ummat menjadi insan-insan yang mudah terjatuh kepada perbuatan keji dan mungkar. Narkoba dan minuman keras yang dulunya hanya diminum oleh orang-orang kafir, sekarang juga telah diminum oleh muslimin dengan penuh kebanggaan. Pembukaan aurat yang dulunya hanya dilakukan wanita-wanita kafir, kini juga dilakukan oleh muslimah dari yang muda hingga yang tua. Bahkan perzinahan di kalangan remaja pun menjangkiti para remaja muslim. Jika tahun baru dan valentine day tiba, hampir-hampir di muka bumi ini tidak tersisa lagi dari golongan Muhammad Rasulullah, kecuali sebagian kecil remaja yang meramaikan Masjid-Masjid dengan lafazh ‘Ya Allahu ya Allah’ untuk meredam musibah yang mungkin timbul akibat perbuatan sebagian besar ummat manusia yang terlena dalam kenikmatan duniawi di malam-malam tersebut.

Sebagian ummat Islam telah terjangkit dengan penyakit ‘hubbud dunya’, terlalu mencintai kehidupan duniawi. Mereka begitu bernafsu terhadap kehidupan dunia ini sehingga mereka lupa akan kematian, dan mereka tidak mau mengingat kematian, serta sangat takut terhadap mati. Mereka takut mati, selain karena amal mereka, juga lebih-lebih dikarenakan mereka tidak mau meninggalkan dunia yang sangat mereka cintai ini. Mereka mencintai dunia ini hingga malas beramal yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka mencintai dunia ini hingga melupakan Allah, tidak merindukan-Nya, tidak pula mengharapkan pertemuan dengan-Nya. Kasihan, walau mereka sangat mencintai dunia ini, tetapi tetap saja, mereka pasti menemui kematian.

Jika mereka memang rindu untuk berjumpa dengan Allah, tentu mereka beramal shalih dengan penuh keikhlasan dengan mengharapkan keridhoan dari Allah. Tentu mereka berusaha untuk menyenangkan Allah dan melayani-Nya sebagaimana mestinya seorang hamba. Tetapi kebanyakan kita telah menjadi hamba dari nafsu kita sendiri dan terus melayani nafsu sebagai tuannya. Dan nafsunya begitu cinta terhadap kehidupan duniawi.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

Inilah potret generasi kita, dimana ummat semakin terjangkit penyakit Al-Wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.

Selasa, 13 Mei 2008

KEDAHSYATAN SEDEKAH

Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Suatu hari datanglah dua orang akhwat yang mengaku baru kembali dari kampung halamannya di kawasan Jawa Tengah. Keduanya kemudian bercerita tentang sebuah kejadian luar biasa yang dialaminya ketika pulang kampung dengan naik bus antarkota, beberapa hari sebelumnya. Di tengah perjalanan, bus yang ditumpanginya terkena musibah, bertabrakan dengan dahsyatnya. Seluruh penumpang mengalami luka berat. Bahkan para penumpang yang duduk di dekatnya meninggal seketika dengan bersimbah darah. Dari seluruh penumpang tersebut hanya dua akhwat itulah yang selamat dengan tidak terluka sedikit pun.

Mengapa mereka ditakdirkan Allah selamat? Menurut pengakuan keduanya, ada dua amalan yang dikerjakan keduanya waktu itu, yakni ketika hendak berangkat mereka sempat bersedekah terlebih dahulu dan selama dalam perjalanan selalu melafadzkan zikir. Sahabat, tidaklah kita ragukan lagi, inilah sebagian dari keutamaan bersedekah. Allah pasti menurunkan balasannya pada saat dibutuhkan dengan jalan yang tidak pernah disangka-sangka. ALLAH adalah Zat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang hampir setiap desah napas selalu membangkang perintah-Nya, Dia tetap saja mengucurkan rahmat-Nya yang tiada terkira. Segala amalan yang kita perbuat, amal baik ataupun amal buruk, pasti akan kembali kepada kita. Demikian juga jika kita berbicara soal harta yang kini ada di genggaman kita.

Demi Allah, semuanya datang dari Allah yang Mahakaya. Dititipkan-Nya kepada kita tiada lain supaya kita bisa beramal dan bersedekah dengan sepenuh keikhlasan. Kemudian kita akan mendapatkan balasan pahala dari pada-Nya, baik ketika di dunia ini maupun saat menghadap-Nya kelak. Dari pengalaman kongkret kedua akhwat di atas, dengan penuh keyakinan kita dapat menangkap bukti yang dijanjikan Allah SWT dan Rasul-Nya, bahwa sekecil apapun harta yang disedekahkan dengan ikhlas, niscaya akan tampak betapa dahsyat balasan dari-Nya. Boleh jadi, inilah yang menyebabkan Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya yang tengah bersiap pergi menuju medan perang Tabuk, agar mengeluarkan sedekah. Saat itu Allah menurunkan ayat tentang sedekah kepada Rasulullah SAW, bahwa perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji.

Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 261). Seruan Rasul itu disambut seketika oleh Abdurrahman bin Auf dengan menyerahkan empat ribu dirham seraya berkata, "Ya Rasulullah, harta milikku hanya delapan ribu dirham. Empat ribu dirham aku tahan untuk diri dan keluargaku, sedangkan empat ribu dirham lagi aku serahkan di jalan Allah". "Allah memberkahi apa yang engkau tahan dan apa yang engkau berikan," jawab Rasulullah SAW. Kemudian datang sahabat lainnya, Usman bin Affan. "Ya Rasul, saya akan melengkapi (menyumbang) peralatan dan pakaian bagi mereka yang belum mempunyainya," ujarnya.

Adapun Ali bin Abi Thalib ketika itu hanya memiliki empat dirham. Ia pun segera menyedekahkan satu dirham waktu malam, satu dirham saat siang hari, satu dirham secara terang-terangan, dan satu dirham lagi secara diam-diam. Kenapa para sahabat begitu antusias dan spontan menyambut seruan untuk bersedekah? Tiada lain karena mereka yakin akan balasan yang berlipat ganda sebagaimana telah dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Sedekah adalah penyubur pahala, penolak bala, dan pelipat ganda rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?".

Allah menjawab, "Ada, yaitu besi".
Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebihkuat dari pada besi?".
Allah menjawab, "Ada, yaitu api".
Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat
dari pada api?".
Allah menjawab, "Ada, yaitu air".
"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?," tanya para malaikat.
Allah pun menjawab, "Ada, yaitu angin".
Akhirnya para malaikat bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?".
Allah yang Mahagagah menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya"."

PINTU PINTU MASUKNYA SYAETAN

Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati.

Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia.

Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenrnya sangat banyak, Namun kita akan membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:

1. Marah

Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.

2. Hasad

Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dari orang lain maka ia akan menjadi buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli” Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya walaupun jahat.

3. Perut kenyang

Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala sesuatu seraya bertanya. Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab: Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam.Yahya bertanya: Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ? Syetan menjawab: Bila kamu kenyang maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir. Yahya bertanya lagi: Apa lainnya? Tidak ada! Jawab syetan. Kemudian Nabi Yahya berkata:
Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku dengan makanan selamanya.
Iblis berkata. Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat pada orang muslim selamanya.
Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:
・ Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.
・ Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.
・ Mengganggu ketaatan kepada Allah
・ Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan
・ Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.
・ Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani

4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga

Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst. Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan dzikir kepada Allah.

5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan receck

Rasulullah pernah bersabda: Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati adalah dari Allah SWT. Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain dditegaskan: “Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa. Mengapa kita edilarang tergesa-gesa? Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati. Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan. Sedangkan tergesa-gesa menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.

6. Mencintai harta

Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.

7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain.

Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya. Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain.
Meremehkan dan mencaci maki termasuk sifat binatang buas. Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa taassub itu seakan-akan baik dan hak dalam diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.

8. Kikir dan takut miskin.

Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: Sesungguhnya syaitan berkata: Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalama tiga hal perintahku: Aku perintahkan untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan menghalanginya dar hak kewajibannya (zakat).

Sufyan berkata: Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia dari kemiskinan. Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan menghalanginya dari kewajiban zakatnya.

9. Memikirkan Dzat Allah

Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah ia akan terpeleset pada kesyirikan.

10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah.

Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb.:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Rasulullah pernah bersabda: Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan prasangka buruk.

Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa mencari maaf dan ampunan atetpi orang munafik selalu mencari cela orang lain.

Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya.
Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitus semua pintu masuknya syetan ke dalam hati manusia

Sekarang bagiamana solusi dari hal ini? Apakah cukup dengan zikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah”? ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus ke dalam karena zikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokh di hati selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela. Bila orang yang hatinya mamsih diliputi oleh akhlak tercela maka zikrullah hanyalah omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan. Oleh sebab itu Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. ( Al A’raaf 201)

Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendekati anda. Bila anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun Cuma menghardiknya dengan ucapan kaita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita. Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan dzikrullah. Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat sebelumnya:

Artinya: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Al A’roof ayat 200)

Dalam ayat lain disebutkan:

Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl 98-100)

Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat, seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat dalam perut yang masih kosong.
Allab SWT berfirman :

Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (Qoof 37)

ETOS KERJA ISLAMI

Saudara-saudara Muslimin Yang Berbahagia,

Marilah kita senantiasa taqwa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh ya’ni menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Salah satu perwujudan dari Taqwa adalah usaha kita menumbuhkan rasa tanggung jawab akan kewajiban-kewajiban hidup, termasuk didalamnya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari memenuhi kebutuhan keluarga sebagai pertanggungjawaban kepada Allah SWT.
Bekerja harus menurut kemampuan kita dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah agar senantiasa memperluas ridho Allah SWT.

Jamaah Islam Yang Berbahagia,
Melalui mimbar jum’at ini khatib mengajak jama’ah untuk merenungkan kembali perlunya umat Islam mempunyai ETOS KERJA yang tinggi sebagai konsekwensi hamba Allah hidup di dunia ini.
Keinginan untuk memperoleh kekayaan merupakan fitrah dan kebutuhan dasar manusia. Dalam realitas social sering kali terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap fitrah itu. Hal ini terjadi karena disatu sisi manusia terlalu cinta terhadap harta dan menganggapnya sebagai segalanya, sedangkan persediaan tentang hal ini terbatas dan tidak sedikit orang yang suka mengambil jalan pintas atau menghalalkan segala cara. Disisi lain tidak sedikit pula orang yang keliru menyikapi kekayaan karena dianggap dengan mudah menjerumuskan manusia kepada Hubbud dunya atau gila harta dan melupakan Tuhan. Dari sikap kedua ini dapat melahirkan orang yang tidak respek terhadap kekayaan dan sekaligus apatis terhadap orang kaya.

Muslimin – Muslimat Yang bahagia,
Terlepas dari kekayaan orang akan menjadi congkak, sombong, kikir, suka memeras atau sebaliknya dengan kekurangan orang menjadi baik, pemurah dan penolong.
Dalam pandangan Islam kekayaan tetap penting bagi kehidupan dan eksistensi manusia karena dengan kekayaan orang menjadi berwibawa, mempunyai pengaruh, menguasai massa, memudahkan untuk dipercaya orang, dapat menentukan keputusan, dapat untuk berdakwah dan berjuang dijalan Allah SWT, atau demi kemanuasiaan membantu orang lemah, fakir miskin. Dari itu semua upaya untuk memperoleh kekayaan menjadi penting, manusiawi dan keharusan.
Harta adalah karunia Allah dan mencarinya adalah ibadah;

{10} وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ
مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ
وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(Al-Jumu’ah. 10)

Bertebaranlah kamu dan Carilah, Islam memberikan petunjuk agar didalam kegiatan mencari harta itu menjadi mudah dan menyenangkan serta tidak menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah; antara lain:

1. Kerja, motivasi seorang muslim dalam menjalankan hidup ini semata-mata dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyaat: 56)

Islam mengajarkan bahwa hidup dan seluruh aspeknya termasuk bekerja niat karena Allah. Karena bekerja tidak saja memenuhi kebutuhan hidup tetapi sekaligus merupakan panggilan dan keharusan agama yang memiliki nilai atau makna sejajar dengan ibadah mahdah / ibadah dalam arti khusus atau merupakan bagian dari ibadah dalam pengertian seluas-luasnya.

Dengan demikian jelaslah Islam tidak menghendaki penghayatan agama yang mengarah pada pelarian diri dari kehidupan duniawi. Bahkan Islam mengajarkan asesi (accersion) duniawi yakni memakmurkan dan memajukan kehidupan dunia jangan tenggelam dalam kenikmatan semunya dunia.

2. Al Qur’an menegaskan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan kekayaan adalah dengan bekerja.

“Dan bahwasanya seseorang tidak memperoleh selain yang telah diusahakan”.(Al-Baqoroh: 202)

Rosul bersabda :
Artinya: sebaik-baik pekerjaan adalah usaha seseorang dengan usahanya sendiri (H.R. Ahmad dan Hakim).

3. Dalam hidup dan bekerja Islam mengajarkan betapa pentingnya berorientasi ke masa depan, kerja keras, teliti, hati-hati menghargai waktu, penuh rasa tanggung jawab dan berorientasi pada prestasi (achivement oriented) dan bukan prestasi semata-mata. (Prestice Oriented)

Oleh karenanya, sikap ethos yang selayaknya kita tanamkan dalam diri sebagai muslim :

a. Hidup harus punya cita-cita, seorang muslim berasumsi tentang kerja adalah bekerja yang direncanakan dan diperhitungkan masak-masak untung ruginya. Dengan konsekwensi agar hidup dihari esok lebih baik dari hari ini :
- lebih sejahtera
- lebih maju
Nasib manusia (secara perorangan / bersama-sama) akan ditentukan kuantitas ibadah termasuk kerjanya ketika berada di dunia.
“Setiap diri hendaknya memperhatikan apa yang akan dikerjakan hari esuk”.

b. Kerja santai, tanpa rencana, malas, boros tenaga, waktu dan biaya adalah bertentangan dengan nilai-nilai islamiah.
Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu dapat diisi dengan 3 hal :
- meningkatkeimanan
- beramal sholeh
- berkomunikasi sosial

Allah berfirman dalam surat dalam surat Al ‘Ashr:

@بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَصْرِ {1} إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}

c. Semua masalah yang menjadi tanggung jawabnya harus dihadapi dengan rasa tanggung jawab(responsibility) dan pemahaman perhitungan (accountability). Sanggup memegang amanat dengan kerelaan dan pantang menolak tugas karena apa yang kita kerjakan pada akhirnya akan kembali pada dirinya sendiri. Siapa menanam benih akan menuai buah.

d. Hidup menurut pandangan Islam harus memuat dan berpola kesederhanaan, tidak konsumtif dan tidak berlebihan tetapi tidak pula kikir.

Firman Allah SWT dalam Q.S AL HADIID: 24

Artinya: (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

e. Sebaik-baik pekerjaan adalah yang dikerjakan dengan sebaik mungkin, serapi mungkin. (Aksamu amala) sebagaimana Allah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada didalamnya dengan sebaik-baiknya.
Islam membolehkan bersaing sehat menuju kebaikan. Fastasbiquul khoiroot

Max Weber dalam: The Protestant Ethics and Spirit Capitalisme menyimpulkan bahwa semangat kapitalis didasari oleh ajaran protestan, maka semestinya orang Islam adalah orang yang paling bersemangat hidup, beretos kerja hebat dan prestasi tinggi dengan didasari ajaran Islam.

Demikian sekelumit tentang Etos Kerja sebagai seorang muslim agar hidup kita sukses didunia dan diakhirat. Amin.

AMANAT

Sidang Jum’ah Rahimakumullah !

Marilah kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT, sebab kita yakin bahwa dengan taqwa kepadaNya, akan dapat memberikan dorongan menuju kearah perbaikan hidup dunia lahir batin dan dengan taqwa pula berarti kita mengharapkan rahmat Allah untuk keselamatan dan kebahagiaan di akhirat kelak.

Kita adalah manusia yang dijadikan oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini banyak sekali mengemban amanah Allah dalam lingkungannya dengan apa yang disebut :

Sebagaimana Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu sekalian untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak sekalian, apabila menetapkan hukum diantara manusia hendaklah kamu menetapkan dengan yang adil. (An-Nisa : 58)

Adapun pengertian amanat adalah segala hak yang dipertanggung jawabkan kepada seseorang baik hak itu milik Allah maupun hak alami baik berupa pekerjaan, perkataan maupun kepercayaan hati.

Amanat itu juga merupakan segala hal yng dipertaruhkan kepada kita yang harus kita pelihara, kita laksanakan serta kita jalani baik baik berupa harta, kehormatan maupun berupa hak yang lain. Bahkan amanat melengkapi undang-undang yang Allah telah pertaruhkan dalam tangan kita dengan maksud agar kita menjaganya dan menyampaikannya kepada manusia secara universal.

Amanat dalam pandangan Islam cukup luas pengertiannya melambangkan arti yang yang bermacam-macam tapi semuanya tergantung kepada perasan manusia yang mengemban amanat tersebut. Oleh Islam mengajarkan kepada para pemeluknya agar memiliki hati kecil yang bisa melihat, bisa menjaga dan memelihara hak-hak Allah dan amal manusia dari yang berlebihan.

Islam mewajibkan kaum muslimin agar berlaku jujur dan dapat dipercaya, mengerti kewajibannya dengan jelas dan bertanggung jawab kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :

“Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya tentang apa yang kamu pimpin” HR.Bukhori.

Hadits ini menjelaskan pertanggungjawaban yang dipikulkan di pundak setiap orang dalam kehidupan didunia ini. Tidak seorangpun dari setiap pribadi, kecil atau besar, tua atau muda melainkan ia harus bertanggungjawab atas amanat yang telah dipikulnya dan harus melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

Serorang pemimpin, baik pemimpin tingkat apa saja adalah bertanggungjawab terhadap daerah (wilayah) yang ia pimpin. Ia berkewajiban menegakkan keadilan, mengembalikan hak bagi pemiliknya, menghormati kemerdekaan rakyatnya bermusyawarah dengan mereka dalam persoalan-persoalan yang menyangkut mereka, mendengarkan nasehat dan kritikan mereka demi baiknya roda pemerintahan, berusaha untuk memakmurkan mereka, mengusahakan lapangan kerja agar mereka tidak menjadi penganggguran, membuat jalan untuk memperlancar perekonomian dsb. Sebab Allah tidaklah menghancurkan suatu negeri manakala penduduknya itu orang-orang yang sholeh ya’ni orang-orang yang berbuat kebaikan sebagaimana dalam firman Allah :

“ Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan suatu negeri secara dholim, sedang penduduknya adalah orang-orang yang berbuat kebaikan”. Q.S. Hud : 117).

Diakhirat kelak para pemimpin itu akan diminta tanggung jawabnya oleh Allah tentang keadaan rakyat mereka sewaktu didunia. Apakah mereka bahagia atau menderita, makmur atau sengsara ? hendaklah para pemimpin selalu sadar dalam melaksanakan tugasnya sehingga tidak tergoda oleh bujuk dan rayu setan atau iblis yang menyesatkan.

Begitu juga seorang suami, istri, anak, buruh, karyawan dan lain-lainnya kelak akan diminta tanggung jawabnya diakherat terhadap apa yang pernah dilakukan selama mereka hidup di dunia ini.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia

Setiap manusia baik besar maupun kecil, laki-laki atau perempuan, tuan atau pelayan, buruh atau keryawan seluruhnya adalah pemimpin yang memikul tanggungjawab di pundaknya masing-masing dan kelak diakherat Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban kita semua.
Apabila masing-masing orang melaks anakan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya, maka akam membawa akibat yang baik pula bagi masyarakat dan negara. Dan kelak di akherat nanti akan mendapat perhitungan amal dengan cara yang mudah serta mendapat pahala disisi Allah SWT.
Akan tetapi manakala masing-masing berkhianat terhadap tanggung jawab, niscaya akan membawa kerusakan dan kehancuran bagi masyarakat dan negara. Dan di akherat akan mendapat hisab yang sulit dan siksaan di neraka, walaupun orang yang berkhianat itu dapat lolos dari kekuasaan hukum manusia atau hukum negara namun tidak akan lepas dari kumum Allah.
Allah Ta’ala berfirman :

“mereka dapat bersembunyi dari manusia, akan tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari penglihatan Allah” (An Nisa’; 108).

Maka dari itu untuk memenuhi arti amanah, hendaklah manusia selalu berlomba-lomba didalam menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan menyelesaikannya dengan tuntas.

MEMAHAMI AYAT AYAT ALLAH

Saudara-saudara kaum Muslimin sidang jum’ah Rakhimakumullah;

Al-Qur’an dan fenomena alam dinamai oleh al-Qur’an sebagai ayat-ayat Allah. Ayat berarti tanda atau rambu-rambu. Yakni tanda-tanda perjalanan menuju kebahagiaan dunia akherat.
Al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang oleh Rasulullah saw. dinyatakan sebagai; “Tali Allah yang terulur dari langit ke bumi, di dalamnya terdapat berita tentang umat masa lalu, dan khabar tentang situasi yang akan datang. Siapa yang berpegang dengan petunjuknya dia tidak akan sesat”. Kitab suci ini juga memperkenalkan dirinya sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh umat manusia). Sekaligus menantang manusia dan jin untuk menyusun semacam al-Qur’an. Dari sini kitab suci al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat (bukti kebenaran), sekaligus kebenaran itu sendiri.
Lima belas abad yang lalu ayat-ayat Allah itu diturunkan kepada nabi-Nya, Muhammad saw.

Menurut orientalis Gibb, “ Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini, yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu dan berani, dan yang demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dibaca oleh nabi Muhammad saw., yakni al-Qur’an”.

Bahasanya yang demikian mempesonakan, redaksinya yang demikian teliti, dan mutiara pesan-pesannya yang demikian agung, telah mengantarkan kalbu masyarakat yang ditemuinya berdecak kagum, walau nalar sebagian mereka menolaknya.
Nah, terhadap yang menolak itu al-Qur’an tampil sebagai mukjizat, sedangkan fungsinya sebagai hudan ditujukan kepada seluruh umat manusia, sekalipun yang memfungsikannya dengan sebagai hudan hanyalah orang-orang yang bertakwa. Firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 1-2;

Artinya; “Alif, lam, mim. Itulah (al-Qur’an) kitab yang sempurna, tiada keraguan di dalamnya. Ia adalah petunjuk untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah : 1-2)

Kaum muslimin rahimakumullah
Ayat-ayat Allah yang terdapat di alam raya, telah terhampar jauh dan luas sebelum turunnya ayat-ayat al-Qur’an. Ia juga sangat mempesonakan. Sedemikian mempesonakan sehingga banyak orang yang terpaku dan terpukau, bahkan berusaha menguasai dan meraihnya sebanyak mungkin. Sikap ini mengacu pada materialisme sehingga ayat-ayat itu tidak lagi dijadikan ayat atau tanda perjalanan, tetapi telah menjadi tujuan.

Siapa yang tidak terpesona melihat indahnya alam ini; gunung yang begitu tinggi dan besar menjulang, lautan luas tanpa batas dihiasai ombak yang tiada berhenti yang dipenuhi oleh ikan yang berwarna-warni, embun pagi disertai sinar matahari menyambut datangnya pagi yang diramaikan dengan kicau burung bernyanyi, sawah-ladang-dan hutan yang subur tanahnya, rimbun pohonnya membuat manusia ingin menguasainya. Sebetulnya semua itu merupakan sekedar tanda yang harus dibaca dan dipahami untuk mencapai kebahagiaan, bukan merupakan tujuan akhir.

Kita bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau rambu-rambu lalu lintas demikian indah mempesonakan sehingga yang seharusnya menjadi tanda yang menunjuk ke arah yang dituju tidak lagi menjadi tanda dan petunjuk jalan, tetapi membuat si pejalan malah terpaku dan terpukau di tempatnya. Ia terpaku memikirkan untuk memperolehnya sebanyak-banyaknya.

Telah menjadi kebiasaan manusia, jika berpikir dan berbicara tentang dunia tidak pernah berhenti, sampai-sampai yang lainnya terlupakan. Padahal Allah menciptakannya hanya sekedar ayat atau tanda bagi manusia yang ingin mencapai kebahagiaan dunia akherat. Namun saying kebanyakan mereka terpukau dan terpaku pada keinginan menguasai tanda tersebut sebanyak-banyaknya, sehingga tidak sampai pada hakikat yang sebenarnya. Manusia ingin menguasainya sebanyak-banyaknya, ia tidak merasa puas, inginya terus menambah dan hidup bermegah-megahan.
Allah melarang orang-orang yang hidup bermegah-megahan sehingga melalaikan Tuhannya. Firman Allah dalam Surat al-Takatsur ;

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ {1} حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ {2} كَلَّا سَوْفَ
تَعْلَمُونَ {3} ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ {4} كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ
عِلْمَ الْيَقِينِ {5} لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ {6} ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا
عَيْنَ الْيَقِينِ {7} ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ {8

Artinya; “Bermegah-megahan menyebabkan kamu melupakan Allah sampai masuk ke liang kubur. Jangan begitu nanti kamu akan mengetahui. Kemudian jangan begitu nanti kamu akan mengetahui. Jangan begitu nanti kamu akan mengerti dengan pengetahuan yang yaqin. Kamu akan mengetahui neraka jahim”

Larangan Allah kepada manusia yang hidup bermegah-megahan dalam ayat di atas, disebutkan sebanyak tiga kali dengan kalimat “kalla”. Hal ini menunjukkan bahwa larangan tersebut sangat keras, dan menunjukkan bahwa hidup bermegah-megahan menjadikan pelakunya melupakan kewajiaban dirinya kepada sesama dan kewajiban dirinya kepada Allah. Ia menjadikan dunia ini sebagai tujuan akhir, padahal dunia seisinya hanya sekedar tanda yang akan menunnjukkan atau mengantarkan manusia mencapai tujuan hidupnya. Allah menciptakan manusia dan jin adalah untuk beribadah. Dan dalam beribadahnya harus ditujukan hanya kepada Allah semata.

Kalam Ilahi yang merupakan ayat-ayat Allah, yang juga sangat mempesonakan, itu mengakibatkan sebagian kita hanya terhenti dalam pesona bacaan ketika ia dilantunkan, seakan-akan kitab suci ia hanya diturunkan untuk dibaca (secara lafdhiah).

Memang, wahyu yang pertama turun adalah Iqra’ bismirabbik… (bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu), bahkan kata Iqra’ diulangi dua kali. Akan tetapi, kata ini bukan sekedar perintah membaca dalam pengertian yang sempit, melainkan juga mengandung makna “telitilah, dalamilah” karena dengan penelitian dan pendalaman itu manusia dapat meraih sebanyak mungkin kebahagiaan.
Allah berfirman;

Artinya; “Kitab yang telah Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka memikirkan ayat-ayatnya dan agar ulul albab mengingat/menarik pelajaran darinya”. (QS. Shad/38 ; 29)

Bacaan hendaknya disertai dengan kesadaran akan keagungan al-Qur’an, pemahaman dan penghayatan disertai dengan Tadzakkur (mengingat) dan tadabbur (berfikir). Sungguh aneh jika ada pendengar yang berdecak kagum dengan mendengar bacaan seorang qari’ (pembaca al-Qur’an), berseru dengan kata; “Allah, Allah…” bergembira dan senyum simpul menghiasi bibirnya, padahal ayat yang dibaca sang qari’ adalah ayat ancaman. Itulah salah satu contoh mereka yang terpesona dengan bacaan.
Al-Qur’an mengecam mereka yang tidak menggunakan akal dan kalbunya untuk berpikir dan menghayati al-Qur’an.

Mereka itu dinilainya tertutup hatinya. Firman Allah;

Artinya; “Apakah mereka tidak memikirkan al-Qur’an, atau hati mereka telah terkunci ? (QS. Muhammad/47 : 24).

Janganlah sikap kita terhadap ayat-ayat Allah mencapai tingkat yang pernah dialami oleh umat-umat sebelum kita, yang antara lain dicatat oleh Allah swt. dengan firman-Nya ,

‘Diantara mereka ada yang ummiyyun yang tidak mengetahui al-Kitab kecuali amaniyy (berangan-angan)” (QS. Al-Baqarah/2 : 78)

Ibnu Abbas menafsirkan kata Ummiyyun dengan arti tidak mengetahui makna pesan-pesan kitab suci, walau-boleh jadi- mereka menghafalnya. Mereka hanya berangan-angan atau amaniyy dalam istilah ayat di atas, yang ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dengan “sekedar membacanya”. Keadaan yang demikian itulah yang disebutkan oleh al-Qur’an dengan seperti

“keledai yang memikul buku-buku (QS. Al-Jumu’ah/62 : 5),

atau “seperti penggembala yang memanggil binatang yang tak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu, dan buta, (maka sebab itulah) mereka tidak mengerti (QS. Al-Baqarah/2 : 171)

Al-Qur’an Surat al-Furqan ayat 30 menjelaskan bahwa di hari kemudian nanti, Rasul Muhammad saw. penerima al-Qur’an itu, akan mengadu kepada Allah. Beliau bersabda;

Artinya; “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku (umatku) telah menjadikan al-Qur’an ini sesuatu yang tidak diacuhkan” (QS. al-Furqan/25 : 30)

Menurut Ibnul Qoyyim, banyak hal yang dicakup oleh kata mahjuura yang diterjemahkan dengan sesuatu yang tidak diacuhkan, antara lain;

1. Tidak tekun mendengarkannya
2. Tidak mengindahkan halal haramnya, walau dipercaya dan dibaca
3. tidak menjadikannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut prinsip-prinsip agama dan rinciannya
4. Tidak berupaya memikirkan dan memahami apa yang dikehendaki oleh Allah swt. yang menurunkannya
5. Tidak menjadikannya obat bagi semua penyakit kejiwaan.

Semua yang disebutkan di atas tercakup dalam pengaduan nabi Muhammad saw.

Semoga kita tidak hanya memiliki mushaf al-Qur’an, tetapi juga pandai membaca, memahami, dan mengamalkan tuntunannya. Karena kita yakin, dan pasti enggan disamakan dengan keledai atau dengan binatang apapun. Semoga keengganan itu dapat kita buktikan dengan semangat mengamalkan al-Qur’an. Menjadikan al-Qur’an sebagai sumber motivasi; menjadikan al-Qur’an sebagai start of main and the rule of thingking.

SYARAT KHAIRU UMMAH

Landasan

Ali Imran 110:
كنتم خير أمـة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون باللـه
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.

Al-Nahl 90:
إنّ اللـه يأمر بالعدل والإحســان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشـاء والمنكر والبغى يعظكم لعلكم تذكرون
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil, berbuat kebajikan dan memberi kepada kaum kerabat; dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.


Uraian

Memperhatikan ayat 110 surat Ali Imran didapati bahwa syarat utama untuk menjadi khaira ummah (masyarakat utama) adalah:
1. Amar makruf (تأمرون بالمعروف , menyuruh yang makruf)
2. Nahi munkar (وتنهون عن المنكر , mencegah dari kemungkaran)
3. Iman kepada Allah (وتؤمنون باللـه ).

Syarat pertama dan kedua dijelaskan dalam surat al-Nahl ayat 90 di atas, yaitu

1. Amar makruf (تأمرون بالمعروف , menyuruh yang makruf), bentuknya adalah
a. Berlaku adil (العدل )
Al-Adl lawan al-dhulm (aniaya). Al-Adl menurut bahasa berarti al-musawah (persamaan). Sedang menurut istilah berarti proporsional, jauh dari keberpihakan.
Keadilan atau al-adalah harus ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu, keadilan berlaku untuk seluruh aktivitas hidup manusia sebagai makhluk sosial. Keadilan ekonomi, keadilan sosial, keadilan politik, keadilan hukum, dan bahkan keadilan agama.
Keadilan beraqidah diwujudkan dalam bentuk iman kepada kebenaran. Mengimani kebenaran Allah sebagai tuhan yang mutlak harus disembah; mengimani kebenaran Islam sebagai satu sistem hidup, sebagai satu kebulatan ajaran yang mutlak benar, bersifat universal dan eternal; mengimani kebenaran ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk mencapai kemajuan.
Keadilan berbuat, yaitu dengan cara melakukan segala sesuatu yang menguntungkan bagi kehidupan dunia dan akhirat, menjauhkan diri dari perbuatan yang mencelakakan bagi kehidupan dunia dan akhirat. Dengan patokan ini, maka seluruh perbuatan manusia harus difungsikan untuk ibadah kepada Allah SwT.
Keadilan beraqidah dan berbuat merupakan wujud berlaku adil terhadap diri sendiri.
Sedang berlaku adil terhadap pihak lain, meliputi manusia, binatang, tetumbuhan dan makhluk Allah lainnya adalah dengan cara menempatkan mereka pada posisi yang sebenarnya sesuai dengan nalar, agama dan budaya yang berlaku di masyarakat.
b. Berbuat kebajikan (الإحســان )
Ihsan dalam konteks ayat di atas adalah bukan berbuat kebajikan kepada orang lain sebagai wujud balas jasa atau sebagai imbalan. Maksud ihsan di sini adalah berbuat kebajikan kepada orang lain betul-betul didasarkan atas suka rela tanpa motif apapun, termasuk motif imbalan atau balasan, dan yang dilakukannya itu tidak menuntut balasan apapun dan dari siapapun kecuali ikhlas karena Allah saja.
c. Memberi kepada kaum kerabat ( إيتاء ذي القربى )
Memberikan harta benda kepada kerabat. Kendati kewajiban ini sudah menyatu dalam keluarga bahwa setiap anggota keluarga diwajibkan saling membantu, tetapi ayat ini merasa perlu menyinggung hal itu karena kewajiban itu supaya menjadi akhlak. Maksudnya adalah supaya masing-masing anggota keluarga terjamin kebutuhan pisik-materialnya. Bila setiap keluarga sebagai unit terkecil sudah sejahtera maka masyarakat dalam sekala lebih besar akan menjadi masyarakat madani yang aman dan sentosa, sehat dan sejahtera.

2. Nahi munkar (وتنهون عن المنكر , mencegah dari kemungkaran), bentuyknya adalah
a. Menjauhi dari perbuatan keji (الفحشـاء )
Perbuatan keji adalah perbuatan buruk, jelek atau jahat yang melampui batas ukuran. Setiap orang melihatnya pasti merasa jijik dan muak.
b. Manjauhi dari perbuatan mungkar (المنكر )
Munkar lawan makruf. Makruf adalah segala yang dikenal oleh setiap orang dan setiap bangsa sebagai sesuatu yang baik dan bisa diterima. Sedang munkar adalah sestau yang sejak dahulu, sampai sekarang dan bahkan sampai hari akhir ditoleh oleh setiap orang. Karena itu, perbuatan munkar adalah perbuatan yang ditolak oleh agama dan masyarakat.
c. Menjauhi dari permusuhan (البغى )
Makna al-baghyu menurut bahasa adalah meminta. Sedang menurut istilah, merebut hak orang lain secara paksa sehingga menimbulkan permusuhan. Sikap orang yang berbuat al-baghyu biasanya arogan, merasa sok kuasa dan angkuh. Orang seperti itu adalah dhalim terhadap dirinya karena semua orang membenci dan memusuhinya, dan dhalim terhadap orang lain karena merugikan mereka.

Perbuatan fakhsya’ pasti mungkar, dan perbuatan baghyu pasti fakhsya’ dan mungkar. Kendati demikian, al-Qur’an tetap mempertahankan istilah-istilah itu untuk memudahkan pengelompokkan sehingga masyarakat mampu mengambil langkah-langkah pembasmiannya.


P e n u t u p

Marilah kita hidup suburkan amar makruf, yaitu mengimplementasikan keadilan, ihsan dan pemberian santunan kepada kerabat. Masyarakat kita amat sangat merindukan implementasi akhlak terpuji seperti itu. Sebaliknya, kita galakkan nahi mungkar dengan cara menjauhkan sejauh-jauhnya perbuatan-perbuatan fakhsya’, munkar dan baghyu dari diri kita dan dari masyarakat kita. Jangan sampai diri kita dan masyarakat terkontaminasi perbuatan-perbuatan terlarang itu. Masyarakat kita sudah terlalu jijik dan muak melihat akhlak tercela seperti itu. Insya Allah dengan cara-cara seperti itu, negeri ini akan segera bangkit membangun diri untuk bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Semoga

Marilah kita simak firman Allah dalam surah Ali Imran 104:

ولتكن منكم أمة يدعون الى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر، وأولئك هم المفلحون.
Hendaklah kalian menjadi umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh pada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

أقول قولى هذا وأسـتغفر اللـه العظيم لي ولكم ...

WANITA DAN RASA KUE

Ibnu Abbas bukan cuma seorang yang pandai dan cerdik, tetapi juga tampan. Banyak gadis tergila-gila padanya. Namun, dia hanya ingin beristri wanita salihah. Allah mengabulkan keinginannya.

Pada suatu hari, istrinya diajak bersilaturahmi ke semua kerabat dan handai taulan. Tetapi, orang-orang, terutama kaum lelaki, selalu lebih melirik pada sang istri ketimbang Ibnu Abbas. Ibnu Abbas merasakan lirikan itu penuh nafsu dan gairah. Hal ini membuatnya galau.

Akhirnya, Ibnu Abbas mengundang para rekan dan kerabatnya berkunjung kerumahnya. Dia menyediakan mereka hidangan kue berbentuk sama, tetapi beraneka warna, mulai dari putih, coklat, kuning, dan hitam. Ibnu Abbas mempersilakan para tamunya mencicipi hidangan itu. ""Wah, kue yang coklat ini lezat,"" bisik seorang tamunya.

""Tetapi, kue yang putih ini juga nikmat,"" bisik tamu lainnya. Tamu yang telah mencicipi kue coklat itu tidak percaya, lalu mencoba kue-kue yang disarankan rekan-rekannya. ""Nah, rasanya sama "kan dengan kue yang berwarna coklat tadi?"" tanya seorang rekannya.

Perbincangan para tamu berkutat pada kue yang beraneka warna, namun satu rasa, manis semua. Akhirnya, Ibnu Abbas berbicara, ""Saudara-saudaraku semua, saya sengaja memberi warna kue ini dengan warna putih, coklat, kuning, hitam, namun rasanya sama, manis semua. Begitu juga dengan istri-istri saudara. Meraka yang berkulit putih, coklat, kuning, dan hitam, walaupun berbeda warna, rasanya bisa saya pastikan sama semua.""

Rasulullah saw menganjurkan kepada mereka yang sudah beristri, jika melihat wanita lain lalu bernafsu, hendaknya segera pulang dan menunaikan kewajibannya sebagai suami terhadap istri. Apa yang dimiliki wanita lain juga ada pada istri kita.

Sementara itu, terhadap mereka yang belum menikah, dalam hadisnya Rasulullah berkata, ""Wahai para pemuda, siapa pun di antara Anda yang sudah

mampu [memberi nafkah lahir batin] segeralah menikah. Sementara bagi yang belum mampu, lebih baik baginya berpuasa karena puasa dapat membendung hawa nafsu.""

Dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad bin Hambal, nabi bersabda, ""Pandangan [bernafsu] adalah anak panah yang beracun dari busur Iblis. Barang siapa yang menahan pandangannya dari kemolekan wanita, Allah akan memberikan kenikmatan dalam hatinya sampai hari perjumpaannya dengan Allah."

SATU JAM UNTUK BAHAGIA DUNIA AKHERAT

Manusia selalu berada di antara hidayah Allah dan tipu daya syaithan. Kelengahan sedikit saja, syaithan akan bisa menjermusukan seseorang ke dalam lembah yang akan menyia-nyiakan bahkan merusak hidup seseorang. Berikut ini adalah 7 amal penting yang akan menjamin seseorang terhindar dari kondisi negatif itu. Dengan melakukan 7 program ini, seseorang akan diampuni dosanya, dilindungi dari fitnah kubur, dibangunkan rumah di surga, dikabulkan do’anya, dilindungi dari kefakiran, dicukupi kebutuhannya, dibebaskan dari perasaan gelisah. Uniknya lagi, semua hal itu dapat diperoleh hanya dengan membutuhkan waktu kurang lebih 60 menit atau 1 jam saja.

1. Melakukan 12 rakaat sunnah rawatib. Yakni, 2 rakaat sebelum subuh, 4 rakaat sebelum zuhur, 2 rakaat bada zuhur, 2 rakaat setelah maghrib, dan 2 rakaat setelah isya.
Manfaat yang diharapkan: Allah akan membangunkan sebuah rumah di surga bagi orang yang senantiasa melakukannya.
Dalil : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang solat dalam satu hari sebanyak 12 rakaat, sunnah, Allah akan bangunkan baginya rumah di surga.” (HR Muslim)

2. Sholat dua rakaat tahajjud. Faidah yang diharapkan: Dikabulkannya do’a, diampunkannya dosa, dan dicukupi Allah kebutuhannya. Dalil: Sabda Rasulullah saw, “Allah sw turun setiap malam ke langit dunia, di saat sepertiga malam terakhir dan mengatakan, “Siapa yang berdo’a kepadaku, pasti aku kabulkan. Siapa yang meminta padaku,pasti aku berikan, dan siapa yang memohon ampun padaku, pasti aku ampuni. (HR. Bukhari)

3. Melakukan sholat duha 2 raka’at, 4 rakaat atau 8 rakaat. Manfaat yang diharapkan: Bernilai shadaqah dari seluruh persendian tulang. Dalil: Rasulullah saw bersabda, “Setiap persendian kalian adalah sadakah, setiap tasbih adalah sadakah, setiap tahmid adalah sadakah, setiap tahlil adalah adakah, setiap takbir adalah sadakah, setiap anjuran pada kebaikan adalah sadakah, setiap larangan dari yang mungkar adalah sadakah, dan semuanya akan mendapat ganjaran yang sama dengan melakukan shalat dua rakaat dari shalat duha.

4. Membaca surat Al Mulk. Manfaat yang diharapkan: Diselamatkan dari adzab kubur. Dalil : Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya ada salah satu surat dri Al Qur`an yang terdiri dari 30 ayat. Ia akan memberi syafaat pada seseorang dengan pengampunan dosa. Yaitu surat “tabarakallazi biyadihil mulk.” (HR Turmudzi dan Ahmad. Turmudzi mengatakan, ini adalah hadits hasan)

5. Mengatakan : Laailaaha illallah wah dahu laa syarikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa hua ala kulli syai’in qadir dalam satu hari seratus kali. Manfaat yang diharapkan: Terpelihara dari gangguan syaitan selama satu hari, dihapuskan 100 kesalahan dan memperoleh 100 kebaikan.
Dalil : Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang mengatakan “Laa ilaaha illallah wah dahuu laa syariikalah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ala kulli syai’in qadiir”, maka ia akan mendapat pahala seperti membebaskan 10 budak, ditulis baginya 100 kebaikan, dihapuskan 100 kesalahannya, dan ia akan terpelihara dari syaitan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorangpun yang lebih baik dari apa yang ia peroleh dari hari itu, kecuali ada orang yang beramal lebih dari itu.”

6. Shalawat atas Nabi Muhammad saw sebanyak 100 kali.
Faidah yang diharapkan: Bebas dari bakhil dan mendapat balasan shalawat dari Allah swt. Dalil: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat atas diri saya maka Allah akan mendo’akannya sebanyak sepuluh kali.” (HR. Muslim)

Hadits Rasulullah saw: Orang yang bakhil adalah orang yang bila namaku disebut di hadapannya, kemudian ia tidak bershalawat kepadaku. (HR Turmudzi)

7. Mengatakan Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil aziim.
Faidah yang diharapkan: Ditanamkan di surga untuk yang melakukannya 100 batang pohon. Dalil: Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melazimkan istighfar, maka Allah akan memberikan padanya jalankeluar di setiap kesempitan, penyelesaian dari setiap kegundahan, dan diberikan rizki dari sesuatu yang tidak diduga-duga. (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim)

Selain tujuh amalan di atas, tentu saja kita harus mengerti bahwa iman dalam Islam bukanlah sekedar sholat,dzikir dan bacaan Al Quran, tapi mencakup perbuatan dan prilaku kita dalam berhubungan sesama manusia. Rasulullah menyebutkan, “Senyum anda kepada saudara anda adalah shadakah, danperintah kepada yang ma’ruf serta larangan dari yang mungkar itu shadakah, petunjukmu pada seorang asing yang tersesat itu sedekah, engkau menuntun orang yang sulit melihat itu shadakah, menyingkirkan batu dan duri dari jalan itu adalah sadakah, dan engkau membantu mengambilkan air untuk sahdaramu itu adalah sedekah.” Hadits riwayat Turmudzi ini menunjukkan bahwa kebaikan seorang muslim, selain ditunjang oleh kebaikan bathinnya juga harus diimplementasikan dalam kebaikannya dalam berhubungan dengan lingkungan sosialnya

LEMBUTKAN HATIMU DG INGAT MATI

Saudaraku yang mengharap ridho Allah Subhanahu wa Ta"ala, Sesungguhnya kehidupan dunia ini adalah sebuah perjalanan panjang menuju negeri keabadian. Semoga kita digolongkan ke dalam orang-orang yang sadar dan mengerti harus bagaimana menjalani hidup ini agar terhindar dari kehidupan yang sia-sia dan tanpa makna.

Perjalanan ke sebuah negeri yang tiada akhirnya. Ingatlah wahai saudaraku perbekalan yang terbaik adalah ketakwaan kita (watazawwadu fainna khoirozzaadittaqwa) QS.2:198.

Yakni dengan amal shaleh yang ikhlas dan mutaaba’ah (sesuai sunnah Rasulullah u) yang menyertaimu ketika meninggalkan dunia ini untuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta"ala dalam kematian yang pasti.

كل نفس د ا ءقتل لموة ت

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati….” (QS. Al-Imran :185)
Memang wahai saudaraku. Perjalanan ini adalah menuju akhirat. Suatu perjalanan yang kita mohon kepada Allah Subhanahu wa Ta"ala agar berakhir pada kenikmatan surga.

Bukan neraka. Karena keagungan perjalanan menuju hari akhir inilah Rasulullah bersabda:

“Seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Mutaffaqun ‘alaih)
maksudnya, jika kita mengetahui hakekat ajal yang akan menjemput kita dan kedahsyatan alam kubur, kegelapan hari kiamat dan segala kesedihannya, shirot (titian) dan segala rintangannya, surga dengan segala kenikmatannya, niscaya akan memberikan motivasi kepada kita untuk mengadakan perubahan. Berubah dari kefasikan dan kekafiran menjadi keimanan, dari kemunafikan menjadi istiqamah, dari keraguan menjadi keyakinan, dari kesombongan menjadi ketawadhu’an, dari rakus menjadi rasa syukur dan sederhana, dari pemarah dan pendendam menjadi kasih sayang dan memaafkan, dari kelicikan dan kesewenangan menjadi kejujuran dan keadilan, dari kedustaan menjadi kebenaran. Jadi, perubahan diri dari sifat dan watak syaithoni dan hewani, menjadi insan Islami harus segera di mulai.

Akan tetapi kita sering lupa atau berpura-pura lupa dengan perjalanan panjang tersebut, bahkan malah memilih dunia dengan segala perangkatnya, kemewahan, kecantikan, kekayaan, kedudukan yang semua nilainya disisi Allah Y, tidak lebih dari sehelai sayap nyamuk!
Wahai yang tertipu oleh dunia…..! Wahai yang sedang berpaling dari Allah Y…! Wahai yang sedang lengah dari ketaatan kepada Rabb-nya…! Wahai yang nafsunya selalu menolak nasehat!! Wahai yang selalu berangan-angan panjang!!! Tidakkah engkau mengetahui bahwa kamu akan segera meninggalkan duniamu dan duniamu pula akan meninggalkanmu? Mana rumahmu yang megah? Mana pakaianmu yang indah? Mana aroma wewangianmu? Mana para pembantu dan familimu? Mana wajahmu yang cantik dan tampan? Mana kulitmu yang halus? Mana….?! Mana….?! Saat itu ulat dan cacing mengoyak-ngoyak dan mencerai-beraikan seluruh tubuhmu ….?!
Bersegeralah bersimpuh di hadapan Rabbul Jalil, Allah Y. Lepaskan selimut kesombongan yang menghalangi dari rahmat dan maghfirah-Nya.

Kuberikan khabar gembira bagi yang berdosa, lalai dan berlebih-lebihan, agar segera berhenti dari perbuatan kemaksiatannya itu.

Saudaraku yang tercinta, siapakah diantara kita yang tak berdosa, siapa diantara kita yang tidak bersalah kepada Tuhannya? Sama sekali tidak ada, seharipun kita tidak bisa seperti malaikat yang selalu taat dan tidak berbuat maksiat sedikitpun.

Datangilah masjid dan beribadahlah di dalamnya, tegakkanlah shalat lima waktu, puasalah di bulan Ramadhan, tunaikan haji jika engkau telah mampu, zakatilah harta dan jiwamu, bimbinglah anak-anakmu dengan Al-Islam, jauhkan dirimu dan keluargamu dari bacaan/majalah/tabloid porno.

Insyafilah semua dosa-dosa, serta ingatlah …. Pintu taubat masih terbuka lebar untukmu, rahmat dan maghfirah Allah Y sangatlah luas, lebih luas dari lautan dosa. Ketahuilah bahwa Allah Y sangat senang dengan taubatmu. Ingatlah firman Allah Y:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan hatinya.”

Rasulullah menyampaikan satu nasehat yang mana satu nasehat ini cukup untuk menasehati setiap manusia:

“Cukuplah dengan adanya kematian sebagai penasehat (bagi kita).”
Saudaraku…., renungkanlah baik-baik risalah ini dengan pena kerinduan dan tinta air mata. Kembalilah kepada Allah Y dan Rasul-Nya u dengan manhaj (cara) yang benar.

Kerjakanlah apa yang telah diperintahkan-Nya dan sekuat-kuatnya untuk menjauhi larangan-Nya.

Berusahalah untuk memelihara ketundukan, tawadhu’ dan syukur atas nikmat-Nya yang akan mengajakmu menuju pintu ketenangan dan kebahagiaan. Berhiaslah dengan amal shaleh dan keindahan akhlaqul karimah. Semuanya akan mempertanggungjawabkan amalannya sendiri-sendiri, maka beramal-lah!
Allah berfirman:

“Maka barangsiapa beramal seberat biji sawi dari kebaikan, niscaya akan melihat ganjarannya. Dan barangsiapa beramal seberat biji sawi dari kemaksiatan, niscaya akan melihat siksanya.” (Az-Zalzalah: 7-8) Wallahu a’lam.

NASEHAT IMAM GHOZALI

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama,"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati.

Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (Al A"Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Iimam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah "meninggalkan Sholat". Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan sholat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat. Lantas pertanyaan ke enam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukaiperasaan saudaranya sendiri.

TATKALA HATI MEMBEKU

Pernah nggak kita merenung?, sudah berapa kali kita pernah menangis karena takut pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, merasa ngeri ketika ingat nerakanya atau terkenang dengan bertumpuk-tumpuknya dosa yang pernah kita lakukan? Sudah berapa kali shalat yang kita kerjakan begitu kita nikmati karena kita bisa merenungi makna-makna ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca?……….

Itu tentu sangat sulit!……. mungkin seperti itu jawaban sebagian dari kita. Pernah nggak kita berfikir apa yang menjadi sebab hal itu. Penyebabnya nggak lain adalah bekunya hati kita yang menyebabkan kita sulit untuk menangis serta tidak bisa khusuk dalam shalat.

Berikut ini adalah beberapa penyebab kebekuan hati yang kita alami. Sehingga kalau kita sudah mengetahui penyebabnya, kita bisa menterapi hati kita yang sudah terlanjur cool banget.

Bergaul yang tidak Berfaedah.
Teman punya pengaruh yang signifikan pada diri kita. Dia akan memberikan warna dalam kepribadian kita. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam memberi perumpamaan. Teman yang tidak baik itu seperti Pandai Besi, andai tidak terbakarpun, minimal kita, yang mau tidak mau pasti mendapatkan udara yang panas. Karena itu kita harus mampu mengendalikan diri dengan baik agar tidak terjebak dalam pergaulan yang tidak bermanfaat.

Berbicara Yang tidak Perlu.
Sering sekali kita membicarakan hal-hal yang kadang-kadang tidak ada manfaatnya, baik untuk dunia maupun akhirat kita. Hati-hati dengan lisan kita, salah omong urusannya berabe. Apakah kita lupa bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan lidah hany satu dan telinga ada dua, dengan tujuan yaitu supaya kita lebih banyak diam untuk mendengar daripada bicara.
Namun kita sangat sering melupakan hal ini apalagi kalau sedang asyik berbicara, kita lupa untuk mendengar. Jadi perlu pengendalian kata agar tidak percuma dan sia-sia. Karena itu kebisaan gossip mesti dikurangi dan dihilangkan…..!!!

Memandang Yang tidak Perlu.
Tidak mengatur pandangan yang kita lakukan akan menimbulkan tiga dampak negatif yaitu; Terkena panah Iblis yang beracun. Oleh karena itu Nabi menyatakan, yang artinya:
“Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Alloh maka Alloh akan menggantinya dengan yang lebih baik” (HR: Ahmad).
Setan masuk seiring pandangan untuk menyalakan api syahwat. Membuat hati lupa dan menyibukkannya sehingga terjerumus ke dalam mengikuti hawa nafsu dan kelalaian.

Berlebih-lebihan dalam Makan.
Imam Syafi’i rahimahulloh mengatakan: “Selama 16 tahun aku hanya pernah kenyang sekali saja, yang akhirnya kumuntahkan. Karena kenyang itu membuat badan terasa berat, hati menjadi keras, kepandaian menjadi hilang, menyebabkan ngantuk dan membuat orang loyo dalam beribadah”. (diwan Imam Syafi’I hal. 14). Sehingga makan itu sekedarnya saja, kalau bisa jangan sampai kekenyangan. Tidak sehat dan membuat malas.

Tidur yang Berlebihan.
Coba kita renungkan komentar Nabi shalallahu’alaihi wa salam tentang orang yang tidur satu malam penuh, bangun-bangun sudah pagi tanpa shalat malam “Itulah orang yang telinganya atau kedua telinganya dikencingi syetan.” (HR: Bukhari dan Muslim).

Menghina Ulama.
“Daging para ulama itu beracun”, demikian pesan para ulama kita. Terlebih lagi bila kita menghina dan menggunjingkan mereka karena karena ilmu syar’i yang mereka miliki. Jadi sebaiknya kita berhati-hati dalam hal ini.

Tidak Membaca Al Qur’an dengan Merenungi Maknanya.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS: Muhammad: 24).

Orang yang tidak merenungi ayat – ayat Al Qur’an tidak hanya satu atau dua gembok yang mengunci hatinya? Bahkan dalam hati tersebut terdapat banyak gembok. Banyak kan!! Kira-kira ada berapa gembok di hati kita, kalo gitu.

Tidak Merenungi Kematian, Alam Kubur, Surga, dan Neraka.
Nabi memerintahkan kita untuk berziarah kubur, agar kita teringat akan akhirat. Nabi juga memerintahkan untuk banyak mengingat kematian yang merupakan penghancur kesenangan hidup (HR: Abu Daud). Mengapa? Karena mengingat mati adalah mesin penggerak untuk beramal shalih yang ada dalam diri orang beriman.

Tidak Mengkaji Kehidupan Umat Terdahulu Yang Sholeh (Sahabat dan 2 Generasi Setelahnya).

Mereka merupakan manusia terbaik yang dekat dengan masa kenabian. Seluruh keutamaan terkumpul dalam diri mereka. Lihatlah kekhusyua’an mereka dalam shalat, shalat malam mereka, shalat berjamaah mereka, bhakti mereka kepada orang tua, zuhud mereka, antusias mereka dalam mencari ilmu, dan sebagainya. “Siapakah kita dibandingkan mereka?,” Itulah kesimpulannya. Karena kurang mengetahui kehidupan mereka, maka hati kita jadi keras, sombong, ujub, udah merasa beramal dan berjasa besar terhadap Islam.

Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala cairkan hati-hati kita yang mulai membeku karena Dialah yang mengendalikan hati-hati hamba-Nya.
(Sumber Rujukan: Tazkiyatun Nufus, dll)

BIDADARI CANTIK

Mereka sangat cangat cantik, memiliki suara-suara yang indah dan berakhlaq yang mulia. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan siapapun yang membicarakan diri mereka pasti akan digelitik kerinduan kepada mereka, seakan-akan dia sudah melihat secara langsung bidadari-bidadari itu. Siapapun ingin bertemu dengan mereka, ingin bersama mereka dan ingin hidup bersama mereka.

Semuanya itu adalah anugrah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang memberikan sifat-sifat terindah kepada mereka, yaitu bidadari-bidadari surga. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati wanita-wanita penghuni surga sebagai kawa’ib, jama’ dari ka’ib yang artinya gadis-gadis remaja. Yang memiliki bentuk tubuh yang merupakan bentuk wanita yang paling indah dan pas untuk gadis-gadis remaja. Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari, karena kulit mereka yang indah dan putih bersih.

Aisyah RadhiAllohu anha pernah berkata: “warna putih adalah separoh keindahan”

Bangsa Arab biasa menyanjung wanita dengan warna puith. Seorang penyair berkata:

Kulitnya putih bersih gairahnya tiada diragukan laksana kijang Makkah yang tidak boleh dijadikan buruan dia menjadi perhatian karena perkataannya lembut Islam menghalanginya untuk mengucapkan perkataan jahat

Al-’In jama’ dari aina’, artinya wanita yang matanya lebar, yang berwarna hitam sangat hitam, dan yang berwarna puith sangat putih, bulu matanya panjang dan hitam.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala mensifati mereka sebagai bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik, yaitu wanita yang menghimpun semua pesona lahir dan batin. Ciptaan dan akhlaknya sempurna, akhlaknya baik dan wajahnya cantk menawan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang suci. Firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: ”Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci.” (QS: Al-Baqarah: 25)

Makna dari Firman diatas adalah mereka suci, tidak pernah haid, tidak buang air kecil dan besar serta tidak kentut. Mereka tidak diusik dengan urusan-urusan wanita yang menggangu seperti yang terjadi di dunia. Batin mereka juga suci, tidak cemburu, tidak menyakiti dan tidak jahat. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang dipingit di dalam rumah. Artinya mereka hanya berhias dan bersolek untuk suaminya. Bahkan mereka tidak pernah keluar dari rumah suaminya, tidak melayani kecuali suaminya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala juga mensifati mereka sebagai wanita-wanita yang tidak liar pandangannya. Sifat ini lebih sempurna lagi. Oleh karena itu bidadari yang seperti ini diperuntukkan bagi para penghuni dua surga yang tertinggi. Diantara wanita memang ada yang tidak mau memandang suaminya dengan pandangan yang liar, karena cinta dan keridhaanyya, dan dia juga tidak mau memamndang kepada laki-laki selain suaminya, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair: Ku tak mau pandanganmu liar ke sekitar jika kau ingin cinta kita selalu mekar.

Di samping keadaan mereka yang dipingit di dalam rumah dan tidak liar pandangannnya, mereka juga merupakan wanita-wanita gadis, bergairah penuh cinta dan sebaya umurnya. Aisyah RadhiAllohu anha, pernah bertanya kepad Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang artinya: “Wahai Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, andaikata engkau melewati rerumputan yang pernah dijadikan tempat menggembala dan rerumputan yang belum pernah dijadikan tempat menggambala, maka dimanakah engkau menempatkan onta gembalamu?” Beliau menjawab,”Di tempat yang belum dijadikan tempat gembalaan.” (Ditakhrij Muslim) Dengan kata lain, beliau tidak pernah menikahi perawan selain dari Aisyah.

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kepada Jabir yang menikahi seorang janda, yang artinya: ”Mengapa tidak engkau nikahi wanita gadis agar engkau bisa mencandainya dan ia pun mencandaimu?” (Diriwayatkan Asy-Syaikhany)

Sifat bidadari penghuni surga yang lain adalah Al-’Urub, jama’ dari al-arub, artinya mencerminkan rupa yang lemah lembut, sikap yang luwes, perlakuan yang baik terhadap suami dan penuh cinta. Ucapan, tingkah laku dan gerak-geriknya serba halus.

Al-Bukhary berkata di dalam Shahihnya, “Al-’Urub, jama’ dari tirbin. Jika dikatakan, Fulan tirbiyyun”, artinya Fulan berumur sebaya dengan orang yang dimaksudkan. Jadi mereka itu sebaya umurnya, sama-sama masih muda, tidak terlalu muda dan tidak pula tua. Usia mereka adalah usia remaja.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala menyerupakan mereka dengan mutiara yang terpendam, dengan telur yang terjaga, seperti Yaqut dan Marjan.

Mutiara diambil kebeningan, kecemerlangan dan kehalusan sentuhannya. Putih telor yang tersembunyi adalah sesuatu yang tidak pernah dipegang oleh tangan manusia, berwarna puith kekuning-kuningan. Berbeda dengan putih murni yang tidak ada warna kuning atau merehnya. Yaqut dan Marjan diambil keindahan warnanya dan kebeningannya.

Semoga para wanita-wanita di dunia ini mampu memperoleh kedudukan untuk menjadi Bidadari-Bidadari yang lebih mulia dari Bidadari-Bidadari yang tidak pernah hidup di dunia ini. Wallahu A’lam

(Sumber Rujukan: Raudhah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin [Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu], karya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah)

SIKAP MENGHADAPI NIKMAT

Katakanlah: Jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menuliskan perkataan Tuhanku (maksudnya nikmat, rahmat dll), niscaya lautan itu menjadi kering sebelum habis perkataan (nikmat) Tuhanku dituliskan, walaupun kamu datangkan sebanyak itu pula (tinta) tambahannya.
( Al Kahfi : 109 )

NIKMAT YANG MELIMPAH RUAH
Tidak ada satu mesin komputer mutakhir yang mampu mencatat berapa banyak nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia.
Pada ayat yang dikutip diatas, dilukiskan oleh Tuhan sendiri dengan memakai kata-kata kiasan (perbandingan), bahwa kalaupun air laut dijadikan tinta untuk mencatat nikmat itu, maka lautan itu akan kering lebih dahulu, sedang nikmat itu masih belum tercatat seluruhnya.
Pada ayat yang lain ditegaskan oleh Tuhan :
Artinya : “Kalau kamu hitung nikmat Tuhan itu, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya “ (Ibrahim 34)
Dalam suatu Hadits digambarkan oleh Rasulullah tentang rahmat (nikmat) itu, sebagai berikut :
Artinya : “Sesungguhnya Allah SWT memiliki 100 rahmat (nikmat) satu rahmat dari padanya diturunkan Nya dan dibagi-bagi diantara jin, manusia, hewan-hewan besar dan kecil. Dengan rahmat yang satu itu, semua makhluk tersebut. Saling sayang menyayangi dan kasih mengasihi. Dengan rahmat yang satu itulah seekor keledai liar menyayangi anaknya.
Adapun rahmat yang 99 lagi disediakan Tuhan buat kehidupan di akhirat.
Dengan rahmat yang 99 itulah Tuhan akan mengasihi hambaNya pada hari kiamat”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Secara mathematika digambarkan pada hadist tersebut, bahwa nikmat yang dirasakan dan dilihat oleh manusia didunia ini, kekayaan negara dan alam, berupa tambang emas, tambang perak, tambang minyak, mutiara dilaut, karet, tembakau, kopi dan hasil-hasil bumi lainnya, harta milik kaum multi-millioner dan lain-lain sebagainya. Semua itu barulah 1 % dari nikmat-nikmat yang dimiliki Tuhan.
Itupun hanya sekedar hitungan yang gampang untuk menanggapinya.
Oleh sebab itu dapatlah disimpulkan, bahwa nikmat dilimpahkan Tuhan kepada makhluq, terutama umat manusia, melimpah ruah.
Bagaimanakah sikapjiwa manusia menghadapi nikmat itu ? Dalam Al Qur’an sendiri dikemukakan tiga macam sikap jiwa manusia dalam menghadapi nikmat yang diterimanya. Pertama, sikap yang kufur (membangkang), kedua bersikap syukur, ketiga bersikap seperti baling-baling yang terpancang diatas bukit.
Marilah kita uraikan secara singkat ketiga sikapjiwa itu satu demi satu.

1) Sikap Kufur
Banyak manusia yang mendapat nikmat yang melimpah ruah. Berupa kekayaan, kekuasaan, wewenang dll. Akan tetapi, nikmat itu hanyalah semakin menjauhkannya dari ridha illahi. Kekayaan itu dipergunakannya untuk melampiaskan hawa nafsunya, berfoya-foya, menghabiskan waktunya di night-club, bercumbu-cumbuan dengan wanita cantik, berzina, selingkung meminum minuman yang diharamkan, ekstasi, berjudi dan lain-lain sebagainya. Atau kalau di mendapat nikmat berupa kekuasaan dan wewenang. Maka hak-hak itu dipergunakannya untuk memperkosa hak-hak orang lain.
Nikmat yang melimpah ruah itu membuatnya menjadi sombong, angkuh, takabbur.
Pada hakekatnya, nikmat itu adalah semacam cobaan terhadap seseorang sampai dimana dia dapat mengenal dan mengendalikan dirinya.
Tuhan mengatakan dalam Al-Qur’an :
Artinya : “ Kami (Tuhan) akan mencobai kamu dengan yang buruk dan yang baik, untuk ujian dan kepada kami nanti kamu akan dikembalikan “ (Al Ankabut : 35)

Dalam hubungan inilah perlunya norma-norma dan ukuran keagamaan yang selalu memberikan bimbingan dan pedoman kepada manusia dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi. Tanpa bimbingan dan pedoman itu, tak obahnya seperti kapal yang kehilangan kemudi di tengah-tengah lautan, dan akhirnya karam dan tenggelam ke dasar laut.
Mempergunakan nikmat yang dikaruniakan Tuhan itu untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dimurkai Ilahi adalah satu sikap menantang, membangkang, yang dalam istilah akidah dinamakan Kufur.
Sejarah selalu menunjukkan, bahwa orang-orang yang bersikap kufur itu pada umumnya akan menerima pembalasan dalam kehidupan di dunia ini. Kadang-kadang merupakan kejatuhan, ditimpa musibah dan malapetaka yang bertubi-tubi, kegoncangan dalam kehidupan, dan di akhirat kelak, orang-orang yang kufur nikamt itu akan mendapat azab Ilahi.

2) Sikap Syukur
Adapun manusia golongan (macam) kedua ialah yang menunjukkan sikap syukur ketika mendapat nikmat.
Dia merasa wajib menyatakan syukur itu sebagai ucapan terima kasih. Sedangkan sesama manusia yang memberikan sesuatu pertolongan dirasakan perlu mengucapkan terima kasih. Kononlah lagi kepada Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang tidak terhitung jumlahnya.
Tatacara bersyukur ini diwujudkan dalam bentuk ta’at kepada Allah dan mendekatkan diri (taqarrub) kepadaNya, mengerjakan ibadah dan amal-amal, melaksanakan kebajikan-kebajikan yang diridhaiNya dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang dimurkaiNya.
Apabila mendapat nikmat kekuasaan dan wewenang dan yang seumpamanya maka kekuasaan dan wewenang itu hendaklah dipergunakan untuk menegakkan keadilan, menolong orang-orang yang lemah dan teraniaya, membangun sarana-sarana yang bermanfa’at kepada umum.
Jika mendapat nikmat berupa kekayaan itu hendaklah disumbangkan untuk mendirikan bangunan-bangunan yang bersifat sosial, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, masjid-masjid dan amal-amal kebajikan lainnya, memberi modal usaha untuk yang tidak mampu, bantuan SPP.
Haruslah diyakini, bahwa pemberian (pengeluaran) yang disumbangkan itu tidak berarti berkurang, tapi pasti bertambah dalam bentuk-bentuk yang lain, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Jika kamu bersyukur, maka Saya (Allah) akan menambah (nikmat) itu kepada kamu, dan kalau kamu membangkang (kufur), maka sesungguhnya siksaKu sangat pedih.” (Ibrahim :7)

Selain dari itu, apabila ditimpa musibah, bencana, kesukaran dan yang seumpamanya, hendaklah berlaku sabar, menghadapi peristiwa-peristiwa itu dengan hati yang tabah. Jangan berkeluh kesah, menggerutu, menyesali nasib, untung dan takdir. Hendaklah selalu bersikap optimistis, sebab dibelakang kesulitan pasti ada kelapangan, sesudah hujan, matahari akan memancarkan sinarnya kembali.
Allah SWT akan memberikan kelapangan kepada orang-orang yang sabar, seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Dan akan kami berikan kepada orang-orang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya ” (An Nahl : 96).

Sikap sabar itu bukan saja ditunjukkan dalam bencana yang mengenai kehidupan, tapi juga sabar dalam menghadapi perjuangan.
Contohnya ialah kesabaran kaum Muslimin dizaman Rasulullah menghadapi perjuangan melawan kaum musyrikin / munafikin dalam peperangan Ahzab, yang mempunyai kekuatan dan senjata yang berlipat ganda. Dengan sikap sabar itu, akhirnya Tuhan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada kaum Muslimin.
Tatkala menghadapi pasukan yang kuat itu, kaum Muslimin tidak kecut, malah sebaliknya semakin bertambah keimanan mereka, seperti yang dilukiskan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Setelah orang-orang yang beriman melihat pasukan kaum serikat (Ahzab) mereka berkata :
Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya kepada kita dan Allah serta Rasul itu (senantiasa) berkata benar. Hal itu hanyalah semakin menambah keimanan dan kebulatan tekad kaum Muslimin “ (Al Ahzab 22)

3) Manusia “Baling-baling”
Golongan (macam) ketiga dapat dinamakan “manusia baling-baling” sebab sikap hidup dan pendiriannya adalah laksana baling-baling yang terpancang diatas bukit, yang bertiup menurut arah angin berhembus.
Orang-orang yang demikian, apabila mendapat nikmat, sikapnya gembira dan melonjak-lonjak, dan umumnya lupa daratan. Tetapi, jika ditimpa malapetaka, mereka menggerutu, bahkan kadang-kadang sikap dan pendiriannya berputar 180 derajat. Tuhan melukiskan dalam Al qur’an tentang manusia yang demikian :
Artinya : “Sebagian manusia ada yang menyembah Tuhan di pinggir-pinggir saja (ragu-ragu, tidak sungguh-sungguh), sehingga kalu dia mendapat kebaikan hatinya senang.
Tetapi kalau mendapat cobaan, dia berputar ke belakang, orang-orang yang demikian itu akan mendapat kerugian di dunia dan di akhirat. Itulah kerugian yang nyata ” (Al Haj : 11)

Sikap hidup dan pendirian yang demikian adalah karena iman yang tipis, tauhid belum kuat dan mendalam. Apabila iman dan tauhid sudah teguh, maka keadaannya seperti dilukiskan dalam Al Qur’an sendiri- tak ubahnya laksana pohon besar, daunnya rindang, buahnya lebat, akarnya tertancap ke dalam bumi.
Bukan saja pohon yang demikian dijadikan tempat berlindung diwaktu panas terik, tapi juga memberikan manfa’at kepada makhluq yang lain. Bahkan yang terpenting, mempunyai pendirian yang teguh, tidak roboh dan tumbang walaupun dipukul oleh angin taufan.
Sudah menjadi tabi’at dan watak sebagian manusia bersikap positif waktu mendapat kesenangan, kelapangan, nikmat dan bersikap negatif tatkala mendapat ujian atau ditimpa kesusahan. Hal inilah yang dilukiskan oleh Tuhan dalam Al Qur’an :
Artinya : “ Adapun manusia, apabila diuji oleh Tuhannya, diberiNya kemuliaan dan kesenangan hidup, dia mengatakan: Tuhanku memuliakan aku tetapi, apabila Tuhan mengujinya dibatasiNya rezekinya, maka dia berkata : Tuhanku menghinakan aku “ (Al Fajr : 15-16)

Bagi manusia yang demikian, ukuran yang dipakainya ialah materialistis / nilai-nilai lahiriah, soal kebendaan (materi). Yang nampak baginya ialah benda-benda yang mengambang di permukaan air, sedang bend