Jumat, 24 September 2010

KEUTAMAAN HARI JUM`AT

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah pernah bersabda. “Hari terbaik di mana matahari terbit di dalamnya ialah hari Jumat. Pada hari itu Adam Alaihis Salam diciptakan, dimasukkan ke surga, dikeluarkan daripadanya dan kiamat tidak terjadi kecuali di hari Jumat.” [Riwayat Muslim]
Rasulullah juga pernah bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.” (Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)
Keistimewaan lain hari Jumat adalah saat-saat dikabulkannya doa, yaitu saat-saat terakhir setelah shalat ashar (seperti yang dijelaskan dalam banyak hadits) atau di antara duduknya imam di atas mimbar saat berkhutbah Jumat sampai shalat selesai ditunaikan.
Amalan Mulia
Allah mengkhususkan hari Jumat ini hanya bagi kaum Muslimin dari seluruh kaum dari umat-umat terdahulu. Di dalamnya banyak rahasia dan keutamaan yang datangnya langsung dari Allah.
Beberapa rahasia keagungan hari Jumat adalah sebagai berikut;
Pertama, Hari Keberkahan. Di mana di hari Jumat berkumpul kaum Muslimin di masjid-masjid untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah Jumat yang mengandung pengarahan dan pengajaran serta nasihat-nasihat yang ditujukan kepada kaum muslimin yang kesemuanya mengandung manfaat agama dan dunia. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah menyebut hari Jumat memiliki 33 keutamaan. Bahkan Imam as-Suyuthi menyebut ada 1001 keistimewaan.
Kedua, Hari Dikabulkannya doa. Di antara rahasia keutamaan hari Jumat lain adalah, di hari itu terdapat waktu-waktu dikabulkannya doa.
“Di hari Jumat itu terdapat satu waktu yang jika seorang Muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.’ Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu.” [HR.Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat waktu mustajab bila seorang hamba muslim melaksanakan shalat dan memohon sesuatu kepada Allah pada waktu itu, niscaya Allah akan mengabulkannya.” [Muttafaqun Alaih]
Ketiga, Hari Diperintahkannya Shalat Jumat. Rasulullah bersabda, “Hendaklah kaum-kaum itu berhenti dari meninggalkan shalat Jumat. Atau (jika tidak) Allah pasti akan mengunci hari mereka, kemudian mereka pasti menjadi orang-orang yang lalai.” [Muslim]. Dalam riwayat lain Rasulullah menyebutkan, “Shalat Jumat adalah hak yang diwajibkan kepada setiap Muslim kecuali empat orang; budak atau wanita, atau anak kecil, atau orang sakit.” [Abu Daud]
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩)
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [QS: Al-Jumu'ah:9]
مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ وَدَنَا مِنَ اْلإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barangsiapa yang bersuci dan mandi, kemudian bergegas dan mendengar khutbah dari awal, berjalan kaki tidak dengan berkendaraan, mendekat dengan imam, lalu mendengarkan khutbah dan tidak berbuat sia-sia, maka baginya bagi setiap langkah pahala satu tahun baik puasa dan shalatnya..”
,Keempat, Hari Pembeda antara Islam dan Non-Muslim. Hari Jumat adalah hari istimewa bagi kaum Muslim. Selain itu diberikan Nabi untuk membedakan antara harinya orang Yahudi dan orang Nashrani.
Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah bersabda: "Allah telah memalingkan orang-orang sebelum kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya mereka, oleh karena itu hari raya orang Yahudi adalah hari Sabtu, dan hari raya orang Nasrani adalah hari Ahad, kemudian Allah memberikan bimbingan kepada kita untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari raya, sehingga Allah menjadikan hari raya secara berurutan, yaitu hari Jumat, Sabtu, dan Ahad. Dan di hari kiamat mereka pun akan mengikuti kita seperti urutan tersebut, walaupun di dunia kita adalah penghuni yang terakhir, namun di hari kiamat nanti kita adalah urutan terdepan yang akan diputuskan perkaranya sebelum seluruh makhluk." [HR. Muslim]
Kelima, Hari Allah menampakkan diri. Dalam sebuah riwayat disebutkan,Hari Jumat Allah menampakkan diri kepada hamba-hamba-Nya yang beriman di Surga. Dari Anas bin Malik dalam mengomentari ayat: "Dan Kami memiliki pertambahannya" (QS.50:35) mengatakan: "Allah menampakkan diri kepada mereka setiap hari Jumat."
Masih banyak keistimewan hari Jumat. Di antaranya adalah; Dalam "al-Musnad" dari hadits Abu Lubabah bin Abdul Munzir, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda:
"Penghulunya hari adalah hari Jumat, ia adalah hari yang paling utama di sisi Allah Subhanahu Wata'ala, lebih agung di sisi Allah Subhanahu Wata'ala dari pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari Jumat tersebut terdapat lima keistimewaan: Hari itu, bapak semua umat manusia, Nabi Adam 'Alaihissalam diciptakan, diturunkan ke dunia, dan wafat. Hari kiamat tak akan terjadi kecuali hari Jum’at.
Karena itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sangat memuliakan hari ini, menghormatinya, dan mengkhususkannya untuk beribadah dibandingkan hari-hari lainnya.
Etika Menyambut Hari Jumat
Mandi Jum’at [jenabat]
Mandi pada hari Jumat wajib hukumnya bagi setiap muslim yang baligh berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda, yang artinya, “Mandi pada hari Jumat adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jumat ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit, dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jumat. Adapun tata cara mandi Jumat ini seperti halnya mandi jenabat biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barangsiapa mandi Jumat seperti mandi jenabat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

A. Berpakaian Bersih dan Memakai Wangi-Wangian
Rasulullah berkata, "Siapa yang mandi pada hari Jumat, bersuci sesuai kemampuan, merapikan rambutnya, mengoleskan parfum, lalu berangkat ke masjid, dan masuk masjid tanpa melangkahi di antara dua orang untuk dilewatinya, kemudian shalat sesuai tuntunan dan diam tatkala imam berkhutbah, niscaya diampuni dosa-dosanya di antara dua Jum'at." [HR. Bukhari]
B. Menghentikan Aktivitas Jual-Beli dan Menyegerakan ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jumat dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jumat pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.” (Lihat Fathul Bari II/388)
C. Sholat Sunnah Sebelum dan Sesudah Shalat Jumat
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa mandi kemudian datang untuk sholat Jumat, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jumat berikutnya ditambah tiga hari.” [HR. Muslim]
D. Membaca Surat Al Kahfi
Nabi bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat maka Allah akan meneranginya di antara dua Jumat.”
E. Memperbanyak Shalawat.
Dari Anas ra, Rasulullah bersabda: "Perbanyaklah shalawat pada hari Jumat dan malam Jumat." [HR. Baihaqi]
Dari Aus Radhiallahu 'anhu, dia mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bersabda: "Sebaik-baik hari kalian adalah hari Jumat: pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu beliau diwafatkan, pada hari itu sangkakala ditiup, pada hari itu manusia bangkit dari kubur, maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, karena shalawat kalian akan diperlihatkan kepadaku", para shahabat bertanya: "wahai Rasulullah, bagaimana diperlihatkan kepada engkau sedangkan tubuh engkau sudah hancur (sudah menyatu dengan tanah ketika sudah wafat), Beliau menjawab: "sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala mengharamkan kepada bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para Nabi." [HR, "al-Khamsah]

Mencintai Apa yang Dicintai Nabi
Rasulullah Muhammad adalah orang pilihan dan kekasih Allah SWT. Apapun amalan yang disukai Nabi adalah hal yang paling disukai Allah dan setiap amalan yang dibenci Nabi juga dimurkai Allah.
Bentuk kesungguhan kita mencintai Rasulullah Saw adalah berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh mengikuti dan meneladani apa yang telah beliau lakukan. Sebagaimana firman Allah SWT, وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا. Artinya, ”Apa saja yang dibawa oleh Rasul untuk kalian, ambillah, dan apa saja yang dilarangnya atas kalian, tinggalkanlah.” [QS. al-Hasyr [59]: 7]
Dalam ayat lain disebutkan, Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” [Qs. Ali-Imran [3]: 31].
Karena itu, apapun yang sudah ditetapkan Nabi –termasuk memuliakan hari Jumat-- adalah sesuatu yang sudah pasti disukai Allah SWT. Sangatlah tidak pantas bagi kita sekalian mengada-adakan dan mengarang-ngarang sesuatu yang sesungguhnya tidak ada dan tidak pernah dilakukan Nabi kita.
Semoga setelah ini kita ikut menjadikan dan memuliakan hari Jumat

Jumat, 16 Juli 2010

RAMADHAN 1431 H BULAN PENDIDIKAN BETULKAH ?

Oleh : H.Akhmad Asikin,S.Ag
Ramadhan kembali akan tiba Insya Allah 11 agustus 2010 atau hari Rabo 1 Ramadhan 1431 H (menunggu hasil rukyat hilal dan Pengumuman resmi Pemerintah) . Umat islam beramai-ramai menyambut bulan suci Ramadhan sebagai bulan penuh berkah, bulan keagungan ? . Karena agungnya bulan suci Ramadhan, sehingga gerbang rahmat dibuka lebar-lebar, pintu neraka dikunci rapat dan syetan pun semuanya dibelenggu.
Cerita Ramadhan tentu bukan fiktif. Ramadhan adalah tamu suci yang mendatangi siapapun dengan berbagai keistimewaan. Keistimewaan Ramadhan bukan semata karena diturunkan kitab suci Al-Qur’an, tetapi terletak pada sambutan umat Islam pada bulan ini untuk mengistimewakan kualitas dirinya sendiri.
Ada apa sebetulnya dengan bulan Ramadhan sehingga harus “di istimewakan” dan “disucikan”? apa sebetulnya isyarat dan simbol dari semua itu? Kenapa dinamakan Ramadhan? Apa yang harus dilakukan saat menyambutnya dan apa pula manfaat serta hikmah yang bias kita raih dalam kehidupan sehari-hari.
Hilangnya kesempatan mengenai makna dan sejarah Ramadhan, tentunya membuat kita kehilangan keistimewaan bulan Ramadhan itu sendiri. Bulan suci ini menjadi tida ada bedanya dengan bulan yang lain. Bulan suci ini berbeda dengan yang lain, karena pada bulan Ramadhan ini memberikan kepada kita kesempatan untuk mengistimewakan nurani dan fitrah kita sebagai seorang manusia. Kesucian Ramadhan sangat bergantung pada bagaimana seseorang berupaya mensucikan dirinya adalam ragam pelatihan “mensucikan diri” selama Ramadhan.
Tanpa kesiapan diri mengetahui misteri dibalik bulan suci Ramadhan, sepenting dan semulia apapun seorang tamu, akan menjadi tidak istimewa jika tanpa sambutan yang berarti. Padahal, layaknya ketika kita hendak menyambut seorang tamu istimewa, segala sesuatunya akan dipersiapkan. Mulai dari kebersihan rumah, tata letak ruangan, bahan pembicaraan, hingga menu jamuan makanan dan minuman yang akan di sediakan.
Tarhib Ramadhan atau upaya menyambut bulan mulia ini, menjadi begitu penting agar kelak kita menyadari apa sebetulnya hikmah dan manfaat yang hendak diberikan sang tamu. Ramadhan, sang tamu, datang dengan ribuan hikmah yang membimbing pada kita bagaimana menggapai hidup yang penuh berkah didunia dan akhirat.
Ibnu Mandzur, seorang ahli bahasa Arab menyebutkan bahwa, bulan Ramadhan berasal dari kata ? yang berarti panas batu akibat sengatan sinar matahari. Ada juga yang menyatakan Ramadhan diambil dari akar kata ? yang berarti keringnya mulut orang yang berpuasa akibat haus dan dahaga.
Menurut pandangan bahasa tersebut, Ramadhan tidka lain merupakan simbol dari sengatan sinar matahari yang bias mempengaruhi dan memanaskan batu. Batu sering pula menjadi simbol dalam Al-Qur’an saat menyorot kerasnya hati seorang manusia. Hati yang tidak memiliki ruh, petunjuk dan kepekaan terhadap orang lain. Sering diumpamakan sebagai ‘hati batu’. Tidak mempunyai sense dan kepekaan apa-apa, selain kaku dan membisu.
Sekalipun hati seseorang keras seperti batu, Ramadhan sanggup membuatnya panas dan terpengaruh. Seseorang yang berhati kaku dan kurang peka terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya, bisa berubah seketika jika ia mau menerima ajaran selama bulan Ramadhan.
Saat ‘sang batu’ mulai panas terbakar, ia tentunya tidak lagi diam membisu, tetapi berubah menjadi daya kekuatan yang hidup dan dinamis. Batu yang beku dan diam menjadi banyak berguna karena kekuatan panas yang dimilikinya. Sengatan panas bisa menghasilkan gerak dan kekuatan dorong yang luar biasa. Inilah saat sang batu panas itu bisa berfungsi untuk mendidihkan air hingga mendorong benda. Benda berat seperti kereta api atau kendaraan lainnya.
Demikian perumpamaan bagi hidup yang berkah. Hidup yang hampa menjadi penuh makna. Ramadhan mampu menggerakkan hati kita untuk segera menuai keberkahan hidup melalui ajaran-ajaran yang disampaikannya. Ramadhan dengan berbagai ajarannya hendak mengubah hati yang lesu menjadi kuat, yang padam menjadi terang, yang bisu menjadi bicara, hati yang keras menjadi mudah meleleh, dan hati yang loyo menjadi segar berbinar.
Kekuatan hati yang tersentuh ajaran Ramadhan, bukan saja mampu mendorong dirinya, melainkan bisa menjadi daya dan kekuatan bagi orang lain. Keberkahan hati adalah keberkahan seluruh tubuh, perilaku dan seluruh kehidupan seseorang. Sebab jika hati baik, semuanya akan mencerminkan yang baik-baik. Namun apabila jika buruk maka segala sesuatunya menjadi runyam. Mulai dari niat, perbuatan maupun pikiran menjadi kotor karena komandonya pun kotor.
Ramadhan hendak mengajarkan keberkahan hidup dengan mendidik hati. Karena hati adalah komando. Hati adalah cermin. Ibarat aquarium, hati mencerminkan keindahan atau bahkan keburukan seseorang. Sebagai daya gerak, hati berikutnya akan memproduk sikap baik atau sikap jelek.
Hidup yang berkah ternyata dimulai dari motivasi dan kekuatan hati dalam meresapi nilai, menghayati pesan, kemudian mewujudkan gerak yang diinginkan sesuai nilai-nilai keluhuran akhlak. Maka tak heran, memiliki hati yang berkah menjadi dambaan setiap orang. Tanpa keberkahan hati, sulit sekali menggapai hidup bahagia. Semuanya dalam pandangan dirinya, menjadi tak bermakna. Hati yang bisu tak pernah bisa membedakan antara perbuatan mulia dan perbuatan yang buruk. Baginya semua pekerjaan yang mulia menjdai paling buruk dalam waktu yang bersamaan. Suatu saat menilai jabatan sebagai tujuan mulia, namun ketika harus terjatuh dari jabatan tertinggi sebelum ia bisa mencapainya, seketika itu pula ia mencerca jabatan dan berusaha menghindarinya.
Hati yang beku tak pernah bisa memilah antara pekerjaan yang mesti diutamakan dan yang tidak perlu di prioritaskan. Terkadang semuanya prioritas. Tak jarang, semuanya malah menjadi sepele. Yang prioritas dan yang sepele menjadi kabur karena hati kehilangan ruh, pikiran, dan daya gerak sekaligus.
Menyongsong Ramadhan merupakan menyongsong gerak hati dan pikiran. Ramadhan menyediakan 30 hari saja dalam merubah visi, misi dan arah pikiran kehidupan seseorang. Melalui puasa disiang harinya, shalat tarawih dimalam harinya, ber I’tikaf di sepertiga akhirnya, dan membayar zakat merupakan suatu penyucian harta dan menjadi bukti kepedulian sosial pada yang lain. Sehingga akan menuai kesucian di penghujung bulannya.
Menyongsong Ramadhan adalah menyongsong kesucian hati dengan member makanan pada ruhani. Sebagaimana halnya tubuh jasmaniah, hatipun perlu diberi makanan. Tanpa makanan, hati akan selalu lunglai secara ruhaniah. Makanan hatipun ada yang bergizi dan ada yang tidak bergizi. Makanan ruhani yang bergizi akan membuat hati menjadi mulia dan besar, meski tidak semulia dan sebesar jasmaninya.
Lalu apa yang harus kita persiapkan di ramadhan 1431 H ini
1. Pra Ramadhan. Persiapkanlah fisik, mental dan fikriyah kita karena hal tersebut yang sangat penting dalam menyongsong Ramadhan. Ibarat para atlit sepak bola yang kini sedang bertanding untuk menjadi ”sang juara” dan ”meraih medali emas” di Piala dunia. Sebelum bertanding mereka senantiasa latihan untuk mempersiapkan stamina yang prima, mental yang kuat dan penguasaan teknik yang tepat saat bertanding. Demikian halnya pertandingan kita di bulan Ramadhan harus dipersiapkan dengan latihan mulai dari bulan Rajab dan Sya’ban. Hal itu agar amaliyah Kita di bulan Ramadhan mencapai tingkat yang optimal menjadi ”orang-orang yang bertakwa” dan ”meraih Syurga”. (Amiin)
2. Menyongsong Ramadhan. Setelah kita mempersiapkan fisik dengan menjaga kesehatan dan mengingat kembali (refresh) fiqih-fiqih tentang puasa. Selanjutnya buatlah perencanaan dan target yang ingin dicapai sertai pula strategi suksesi Ramadhan seperti khatam Qur’an 1 juz dicicil 1juz/hari, izin cuti untuk bisa beri’tikaf 10 malam terakhir. Langkah selanjutnya sambut dan songsonglah kedatangan tamu yang agung dan telah lama ditunggu dengan hati riang gembira. Semoga Pertemuan yang kita pada ramadhan tahun ini menjadi pertemuan yang berkesan. :)
3. Melaksanakan Shaum. Shaum adalah amaliyah terpenting dan wajib selama Ramadhan sesuai perintah Allah SWT yang terdapat dalam QS.2:183. Menurut ulama ada 3 jenis puasa, yaitu: puasa Awam yang hanya menahan makan, minum dan syahwat namun kemaksiatan masih dijalankan, puasa Khawash yaitu puasa seluruh anggota badan dari yang diharamkan dan puasa Khawashul Khawash yaitu mengikat hati dengan kecintaan pada Allah SWT.( pilih yang mana?)
4. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an. Membaca Al Qur'an merupakan amaliyah yang sangat penting di bulan Ramadhan karena sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullah sangat besar perhatiannya pada Al Qur'an melebihi bulan-bulan lainnya. Salah satunya karena alasan pada bulan Ramadhan Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an.
5. Mempebanyak Ibadah Sosial, Syiar & Dakwah. Pada masa Rasulullah Saw, bulan Ramadhan dijadikan sebagai bulan penuh aktifitas yang positif yakni da'wah dan sosial, perjalanan jauh serta perluasan wilayah dakwah. Seperti: perjalanan ke Badar (th 2H), ke Mekkah (th 8H), ke Tabuk (th 9H) dan lainnya. Sebagai Muslim kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan positif melalui syiar dan dakwah di Masjid. Mengajak saudara/i kita agar mau terlibat dan megikuti kegiatan-kegiatan di masjid seperti: Tadarus Al-Qur’an, Kajian-kajian Islam, Bakti Sosial, dll.
6. Melaksanakan I’tikaf. I’tikaf adalah amaliyah di bulan Ramadhan yang juga dilakukan Rasulullah Saw yaitu dengan berdiam diri di masjid dengan niat beribadah pada Allah SWT. Khususnya 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Sekarang telah terbangun budaya positif yaitu banyak masjid-masjid di DKI Jakarta yang mengkoordinir penyelenggaraan i’tikaf yang dikemas menarik. (Bagi yang Pria, Ayo.. ke Masjid dan yang Wanita dibolehkan juga kok)
7. Meraih Lailatul Qadar (LQ). Selama Ramadhan terdapat satu malam yang sangat populer yaitu LQ, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah Saw tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih LQ ini terutama malam-malam ganjil.”Barang siapa yang shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(Mari yuk, kita bersemangat meraih LQ di Ramadhan tahun ini)
8. Ba’da Ramadhan. Setelah amaliyah sehari-hari (yaumiyah) dan aktifitas kegiatan dakwah selama bulan Ramadhan menjadi sarana pembinaan diri (tarbiyah dzatiyah) untuk meraih derajat taqwa. Semoga Kita dapat menjaga dan mempertahankannya hingga bertemu Ramadhan berikutnya.
Allahmua bariklana fi rojaba wasyakbana wabaligna romadhona ya allah aku bermohon berkahilah kita di bulan rajab dan bulan syakban dan panjangkan umur kita hingga ramadhan untuk beribadah kepadamu ya Allah .
Penulis adalah Pendidik Agama Islam SMA 1 Kendal dan STIP Farming Semarang
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan dan disesatkan, dari ketergelinciran dan digelincirkan, dari berbuat dholim dan didholimi, dari berbuat bodoh dan dibodohi.” (HR. Abu Dawud, no 4430).

Ciri orang orang yang bodoh

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (QS al-A'raf: 199)

“Tiada kekayaan seperti akal, tiada kefakiran seperti kebodohan, tiada warisan seperti adab sopan santun, dan tiada penolong seperti musyawarah”.
[Nahjul-Balaghah, hikmah ke-54]

Kebodohan dalam pandangan Rasulullah SAW
Sam’un bertanya kepada Rasulullah Saw mengenai tanda-tanda orang jahil (bodoh). Beliau Saw bersabda:
-Kalau kita berkawan dengan dia (orang bodoh), dia selalu merepotkan kita
-Kalau kita meninggalkan dia (orang bodoh), dia akan mencela kita
-Kalau dia (orang bodoh), memberikan sesuatu kepada kita, pasti ada maunya (keinginan)
-Kalau kita memberi sesuatu kepada dia (orang bodoh), maka dia suka cepat lupa
-Kalau kita menyampaikan rahasia kepada dia (orang bodoh), maka dia berkhianat
-Kalau kita merahasiakan sesuatu dari dia (orang bodoh), maka dia akan marah (menyerang) kepada kita
-Ia tidak pernah melihat kebaikan orang lain
-Kalau dia (orang bodoh) punya kebutuhan, dia lupa terhdap kenikmatan-kenikmatan Allah Swt
-Kalau dia (orang bodoh) sedang gembira, dia berlebihan (lupa daratan)
-Kalau dia (orang bodoh) sedang sedih, dia putus asa
-Kalau dia (orang bodoh) sudah tertawa, maka tertawanya berlebihan
-Kalau dia (orang bodoh) sudah menangis, maka tangisannya menjadi musibah (mengganggu) yang lain
-Orang ini (orang bodoh) tidak pernah cinta kepada Allah, dan tidak pernah berusaha untuk ber-taqarrub (dekat) dengan-Nya.
-Dia (orang bodoh) tidak malu dan tidak ingat (lalai) kepada pencipta-Nya.
-Kalau kita melakukan sesuatu kepada dia (orang bodoh), dan dia merasa rela (ridha), maka dia akan memuji kita secara berlebihan. Bahkan sampai menyebutkan berbagai kebaikan yang tidak ada pada kita, dan
Kalau dia (orang bodoh) sedang kesal (emosi), maka dia akan mencaci dengan berlebihan, bahkan sampai menyebutkan berbagai kejelekan yang tidak ada pada kita.

Kebodohan dalam Pandangan Ali bin Abi Tholib karomallahu wajhah
-Kamu tidak melihat orang bodoh kecuali dia cenderung ifrath (melampaui batas) atau tafrith (lalai)
-Banyak orang alim dibunuh oleh kebodohannya sendiri dan ilmunya tidak bermanfaat baginya

sahabat Ali kw. ditanya "Terangkan kepada kami sifat orang bijak" Beliau menjawab: "Dia adalah orang yang meletakkan sesuatu pada tempatnya";

kemudian beliau ditanya lagi "Jelaskan kepada kami sifat orang bodoh" sahabat Ali kw. Menjawab: "Sudah aku jelaskan (yakni orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya),

Barang siapa yang berdiri (menentang) kebenaran niscaya akan binasa.

Kebodohan dalam pandangan Muhammad Baqir
Suatu ketika Muhammad Baqir ibn Ali ibn Husain ibn Ali bin Abi Thalib ra. berniat untuk bepergian. Tiba-tiba ayah beliau Imam Ali As-Sajjad ra. masuk ke rumah. Salah satu yang diucapkan beliau adalah, “Wahai anakku, hindarilah bersahabat dan bergaul dengan orang bodoh; jauhi dan hindari berbicara dengannya.”

Beliau menjelaskan tanda-tanda kebodohan serta sempitnya pemikiran dan pandangannya. Beliau berkata:
-Apabila berbicara, kebodohannya mempermalukannya
-Apabila berdiam diri, celanya tertutupi
-Apabila berbuat (sesuatu), (ia) merusak
-Apabila diminta untuk menjaga (sesuatu), (ia) menghilangkannya
-Ilmunya tidak cukup bagi dirinya dan ilmu orang lain tidak berguna baginya
-Ia tidak taat kepada (orang) yang menasihatinya dan temannya tidak pernah (merasa) tenang dengan kehadirannya.
-Ibunya merasa tidak melahirkannya dan isterinya merasa telah kehilangan dirinya
-Tetangganya jauh dari rumahnya dan temannya menjauh darinya
-Apabila ia yang paling muda dalam majelis, (ia) merasa lebih sadar dari orang yang lebih tua (darinya)
-Apabila ia yang paling tua, (ia) merusak (orang) yang lebih muda darinya.

Orang bodoh itu celaka kecuali orang berilmu
Orang berilmu itu celaka kecuali dengan beramal (mengamalkannya)
Orang yang beramal juga celaka kecuali dengan keikhlasan
Dan ikhlas itu, berada dalam keadaan bahaya yang besar

"...Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil"
(Al-Baqarah: 67)

Aamiin Allaahumma Aamiin ......

Kamis, 04 Maret 2010

10 orang yang solatnya tidak diterima

Rasulullah S.A.W. telah bersabda yang bermaksud : "Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya." (Tabyinul Mahaarim)
Rasulullah S.A.W telah bersabda bahwa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Allah S.W.T, antaranya :

1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu.
2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat.
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya.
4. Orang lelaki yang melarikan diri.
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mahu meninggalkannya (Taubat).
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya.
7. Orang perempuan yang mengerjakan solat tanpa memakai tudung.
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya.

9. Orang-orang yang suka makan riba'.
10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar."

Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S.W.T dan jauh dari Allah."
Hassan r.a berkata : "Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk."

PENDUDUK SURGA

Di dalam kitab Al-Multaqith diceritakan, bahawa sebagian bangsa Alawiyah ada yang bermukim di daerah Balkha. Ada sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri dengan beberapa anak wanita mereka. Keadaan keluarga tersebut serba kekurangan.

Ketika suaminya meninggal dunia, isteri beserta anak-anak wanitanya meninggalkan kampung halamannya pergi ke Samarkand untuk menghindari ejekan orang di sekitarnya. Kejadian tersebut berlaku pada musim dingin. Saat mereka telah memasuki kota, si ibu mengajak anak-anaknya singgah di masjid, sementara dirinya pergi untuk mencari sesuap nasi.

Di tengah perjalanan si ibu berjumpa dengan dua kelompok orang, yang satu dipimpin oleh seorang Muslim yang merupakan tokoh di kampung itu sendiri, sedang kelompok satunya lagi dipimpin oleh seorang Majusi, pemimpin kampung itu. Si ibu tersebut lalu menghampiri tokoh tersebut dan menjelaskan mengenai dirinya serta berkata, "Aku mohon agar tuan berkenan memberiku makanan untuk keperluan malam ini!" "Tunjukkan bukti-bukti bahawa dirimu benar-benar bangsa Alawiyah," kata tokoh orang Muslim di kampung itu. "Di kampung tidak ada orang yang mengenaliku," kata ibu tersebut.

Sang tokoh itu pun akhirnya tidak menghiraukannya. Seterusnya dia hendak memohon kepada si Majusi, pemimpin kampung tersebut. Setelah menjelaskan tentang dirinya dengan tokoh kampung, lelaki Majusi lalu memerintahkan kepada salah seorang anggota keluarganya untuk datang ke masjid bersama si ibu itu, akhirnya dibawalah seluruh keluarga janda tersebut untuk tinggal di rumah Majusi yang memberinya pula pelbagai perhiasan serba indah.

Sementara tokoh masyarakat yang beragama Islam itu bermimpi seakan-akan hari Kiamat telah tiba dan panji kebenaran berada di atas kepala Rasulullah SAW. Dia pun sempat menyaksikan sebuah istana tersusun dari zamrud berwarna hijau. Kepada Rasulullah SAW. dia lalu bertanya, "Wahai Rasululah! Milik siapa istana ini?" "Milik seorang Muslim yang mengesakan Allah," jawab baginda. "Wahai Rasulullah, aku pun seorang Muslim," jawabnya. "Cuba tunjukkan kepadaku bahawa dirimu benar-benar seorang Muslim yang mengesakan Allah," sabda Rasulullah SAW. kepadanya. Tokoh di kampung itu pun bingung atas pertanyaan baginda, dan kepadanya Rasulullah SAW. kemudian bersabda lagi, "Di saat wanita Alawiyah datang kepadamu, bukankah kamu berkata kepadanya, "Tunjukkan mengenai dirimu kepadaku!" Kerananya, demikian juga yang harus kamu lakukan, iaitu tunjukkan dahulu mengenai bukti diri sebagai seorang Muslim kepadaku!"

Sesaat kemudian lelaki muslim itu terjaga dari tidurnya dan air matanya pun jatuh berderai, lalu dia memukuli mukanya sendiri. Dia berkeliling kota untuk mencari wanita Alawiyah yang pernah memohon pertolongan kepadanya, hingga dia mengetahui di mana kini wanita tersebut berada.

Lelaki Muslim itu segera berangkat ke rumah orang Majusi yang telah menampung wanita Alawiyah beserta anak-anaknya. "Di mana wanita Alawiyah itu?' tanya lelaki Muslim kepada orang Majusi. "Ada padaku," jawab si Majusi. "Aku sekarang menghendakinya," ujar lelaki Muslim itu. "Tidak semudah itu," jawab lelaki Majusi. "Ambillah wang seribu dinar dariku dan kemudian serahkan mereka padaku," desak lelaki Muslim. "Aku tidak akan melepaskannya. Mereka telah tinggal di rumahku dan dari mereka aku telah mendapatkan berkatnya," jawab lelaki Majusi itu. "Tidak boleh, engkau harus menyerahkannya," ujar lelaki Muslim itu seolah-olah mengugut.

Maka, lelaki Majusi pun menegaskan kepada tokoh Muslim itu, "Akulah yang berhak menentukan apa yang kamu minta. Dan istana yang pernah kamu lihat dalam mimpi itu adalah diciptakan untukku! Adakah kamu mahu menunjukkan keislamanmu kepadaku? Demi Allah, aku dan seluruh keluargaku tidak akan tidur sebelum kami memeluk agama Islam di hadapan wanita Alawiyah itu, dan aku pun telah bermimpi sepertimana yang kamu mimpikan, serta Rasulullah SAW. sendiri telah pula bersabda kepadaku, "Adakah wanita Alawiyah beserta anaknya itu padamu?" "Ya, benar," jawabku. "Istana itu adalah milikmu dan seluruh keluargamu. Kamu dan semua keluargamu termasuk penduduk syurga, kerana Allah sejak zaman azali dahulu telah menciptakanmu sebagai orang Mukmin," sabda baginda kembali.
FALSAFAH HAJI

Inilah saat-saat kehadiran terindah di tanah suci, tanah tempat Rasulullah pertama kali menyampaikan suara wahyu Ilahi. Cinta kepada Ilahi telah menarik jutaan manusia dari tanah kelahiran dan rumah mereka untuk datang berbondong-bondong ke sebuah tanah yang aman dan suci. Puji syukur kita panjatkan kepada Allah, Tuhan yang Mahaagung, karena telah menganugerahkan usia hingga kita bertemu lagi dengan bulan Dzulhijjah yang mulia ini. Kita kini bisa kembali menyaksikan tibanya hari-hari ketika jutaan ummat Muhammad berkumpul, bersama-sama mengucapkan kalimah talbiah, “Labbaik, Allahumma labbaik”. “Inilah aku Ya Allah, datang menemui panggilan-Mu”.
Saat Nabi Ibrahim a.s. membangun sebuah bangunan sederhana berbentuk kubus sebagai tempat ibadah kepada Allah, mungkin saat itu tidak ada yang bisa mengira bahwa tempat itu akan menjadi pusat dari jalinan persaudaraan paling tulus dari jutaan ummat manusia yang mendambakan pertemuan dengan Allah. Tidak ada yang menyangka bahwa kehadiran jutaan ummat manusia secara kolosal dalam sebuah event keagamaan haji ini juga akan menjadi kritikan praktis bagi para pengikut Marxisme yang mengatakan bahwa agama menyebabkan kelompok masyarakat menjadi rendah dan hina. Mereka yang masih berpendapat demikian seharusnya saat ini datang ke Mekah. Lihatlah, betapa jutaan manusia mampu menunjukkan keagungan mereka secara kolektif lewat syiar-syiar agama.
Haji adalah panggilan dari rumah Allah yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman di seluruh pelosok dunia. Haji mengajak mereka untuk menghirup air mata cemerlang dan segar di rumah Allah. Husein Thurabi, salah seorang peziarah Baitullah asal Iran yang tahun ini mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji, mengatakan sebagai berikut.
“Saya sangat berbahagia. Sejak awal tahun, saya selalu menghitung hari demi hari karena sangat tidak sabar untuk bisa segera tiba di hari-hari ini. Karena itulah, ketika kesempatan itu sekarang tiba, yaitu ketika saya punya kesempatan untuk bertemu dengan Allah di rumah-Nya, tidak ada hal lain yang lebih layak untuk saya lakukan kecuali memanfaatkan semaksimal mungkin berbagai suasana spiritual di rumah Allah ini untuk mempercepat proses penyempurnan jiwa kita”.
Haji adalah ibadah massal yang melibatkan orang dalam jumlah jutaan. Karena itu, ibadah ini juga menampilkan suasana kolosal yang sangat indah. Saat ini, di Mekah, kita bisa menyaksikan orang-orang yang berasal dari beragam bangsa dan dengan pakaian yang berbeda, bersama-sama berkumpul di Baitul Haram. Orang-orang dari Indonesia, Malaysia, dan bangsa Melayu lainnya melakukan shalat dengan peci khas mereka. Kaum perempuannya juga mengenakan mukena khas kawasan itu. Akan tetapi, dengan segala kekhasan pakaiannya itu, mereka semua sangat serasi dengan bangsa-bangsa lainnya yang beribadah dengan pakaian khas mereka pula. Tidak ada yang janggal dari keberagaman mereka karena yang mereka perbuat adalah hal yang sama, yaitu beribadah di rumah suci.
Melihat semua itu, kita dengan mudah meyakini bahwa ibadah haji memang secara sengaja diskenariokan oleh Allah untuk sebuah rencana yang agung dan dahsyat. Hal ini juga bisa kita tangkap dari berbagai riwayat atau ayat Al-Quran yang berbicara tentang ibadah haji. Allah SWT dalam surah Al-Haj ayat 27 dan 28 berfirman sebagai berikut.
“(Wahai Muhamad), panggillah manusia untuk mengerjakan haji, hingga mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai binatang-bianatang yang kurus. Mereka datang dari segala penjuru bumi yang sangat jauh. Biarkanlah mereka menyaksikan berbagai hal yang bermanfaat buat mereka sendiri. (Ajaklah mereka) agar menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan, yaitu ketika mereka berqurban dengan binatang-binatang ternak mereka. Maka, makanlah sebagian dari daging qurban itu, dan sebagian lainnya, berikanlah kepada kaum faqir untuk mereka makan”.
Imam Khomeini dalam salah satu pidatonya berkata,
“Salah satu tugas penting kaum muslimin adalah memahami hakikat haji ini. Kita seharusnya bertanya-tanya, mengapa kita harus melakukan ibadah haji yang pelaksanaannya menelan biaya sangat besar ini? Secara sekilas saja, kita bisa melihat bahwa haji adalah sebuah pertunjukkan yang digelar oleh kaum muslimin dalam rangka memamerkan kekuatan spiritual dan bahkan kekuatan materi yang dimiliki oleh kaum muslimin. Akan tetapi, pemahaman sekilas ini saja jelas tidak cukup untuk menggali rahasia keagungan yang tersembunyi dalam ibadah haji ini. Para ulama dan cendekiawan muslim harus berupaya keras untuk memahami, dan memahamkannya kepada orang lain, tentang mutiara hidayah, hikmah, dan kebebasan yang terkandung dalam ibadah ini”.
Sementara itu Syeikh Muhamad Yazbaki, salah seorang ulama besar Lebanon, mengatakan sebagai berikut.
“Falsafah yang terkandung dari ibadah haji sebagai kongres kaum muslimin sedunia adalah sebuah gerakan massal untuk menyatukan langkah dan hati kaum muslimin sedunia dalam menghadapi kekuatan arogan internasional. Saat bertemu dalam marasim haji, kaum muslimin dari berbangsa bisa menularkan pengalaman mereka masing-masing tentang perjuangan menegakkan agama mulia ini di tempat mereka. Hari ini, keperluan untuk menyatukan langkah di antara kaum muslimin itu makin terasa urgensinya, mengingat saat ini kaum muslimin sedang menghadapi fitnah dan konspirasi Barat dalam memecah-belah kita dengan slogan-slogan palsu semisal pemberantasan terorisme”.
Ibadah haji memang sangat indah. Pada saat masyarakat dunia banyak kehilangan arah dan pegangan hidup, para peziarah rumah Allah secara serentak menggumamkan “Labbaik Allahumma labbaik. Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu”. Pada saat ketidakamanan dan ketidaktenteraman terjadi di banyak tempat di dunia ini, jutaan kaum muslimin di Mekah beribadah secara khusyu dan tenteram, sambil saling menunjukkan kasih sayangnya terhadap sesama. Dengan ibadah dan kekhusyuan massal yang mereka gelar di Mekah itu, kaum muslimin itu seakan menyampaikan pesan indah berikut ini kepada seluruh ummat manusia di duni
“Jika seluruh manusia mau menyembah Allah yang Mahaesa, Zat yang mengajarkan keindahan dan hidup mulia; Zat yang mengajarkan kehidupan damai dan kebaikan terhadap sesama; dan jika seluruh ummat manusia mau menyembah Allah dengan segala sifat keagungan dan kebaikannya seperti itu, niscaya manusia pada masa sekarang tidak perlu khawatir dengan berbagai macam kakacauan, krisis, dan pertentangan di antara sesama mereka. Manusia niscaya akan hidup damai, tenteram, dan sentausa, sebagaimana yang diperlihatkan secara indah oleh kaum muslimin saat mereka menunaikan ibadah haji”


INI HAJI PERTAMA KE MAKKAH MADINAH 2009

Sabtu, 02 Januari 2010

allahuma sholi ala syaidina muhammad
allahuma sholi ala syaidina muhammad