Senin, 24 Maret 2008

Disiplin dalam Islam

Jika kebenaran dan kejujuran sudah menjadi perilaku seseorang, ke mana, di saat dan di mana pun dia berada, dia tidak akan takut kendati mungkin banyak lawan maupun orang yang iri hati, hasad, dan dengki. Sebagaimana pernah terjadi pada diri baginda Umar bin Khaththab, khalifah kedua yang tegas, bijak dan jujur serta memiliki disiplin yang tinggi. Pada suatu malam beliau keluar rumah sendirian untuk mengadakan penelitian sampai di mana kemantapan dan kedisiplinan warganya dalam melaksanakan tugasnya, baik dalam bidang ekonomi maupun sosial dan lainnya. Tiba-tiba di tengah jalan yang gelap gulita itu beliau bertemu seorang sahabat. Sahabat itu memperingatkan agar baginda jangan keluar sendirian di malam yang gelap-gulita seperti ini, karena dikhawatirkan akan ada orang-orang yang tidak suka, lalu berbuat jahat kepadanya. Namun apa kata baginda Umar ketika itu, dengan singkat jawabnya: "Mengapa aku harus takut, selama di dalam kebenaran."
Di dalam Al-Quran surat At-Taubah : 13 ada firman Allah yang senada dengan ucapan baginda Umar tersebut, yang artinya: "Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allah lah yang lebih berhak untuk kamu takuti, jika kamu benar-benar orang yang beriman."

Menghadapi Gangguan
Di dalam mengarungi lautan hidup ini, tidak lepas dari menghadapi gangguan, tantangan dan rintangan. Sesungguhnya tak ada hidup tanpa tantangan dan rintangan. Lebih-lebih menghadapi mereka yang memang tidak senang melihat ketinggian dan kemajuan Islam.
Ada golongan yang bersusah hati jika kaum muslimin memperoleh kebaikan dan kemajuan. Tetapi mereka sangat gembira dan bersenang hati jika kaum muslimin tertimpa malapetaka, kesusahan dan bahaya. Sebagaimana firman Allah SWT: "Jika kamu beroleh kebaikan, niscaya mereka susah, tetapi jika kesusahan menimpa kamu, maka bergiranglah mereka. Dan jika kamu sabar dan berbakti tidaklah menyusahkan kamu tipu daya mereka sedikit jua pun. Sesungguhnya Allah mengepung apa yang mereka kerjakan." (Q.S.Ali Imran:a.120).
Tidur mereka tidak tenang lagi, makan mereka tidak enak lagi. Mereka sendiri yang meracuni jiwa mereka dengan rasa benci dan dendam itu. Mereka susah melihat orang beruntung. Kalau kaum muslimin ditimpa oleh kesusahan, mereka gembira, tertawa-tawa dan merasa puas hati. Padahal di dalam perjuangan hidup, senang dan susah tidaklah pernah terpisah satu sama lain.
Kesusahan yang menimpa kaum muslimin sekali-kali bukan berarti gagal dalam perjuangan.
Orang-orang yang dengki melihat kemajuan orang lain, adalah termasuk orang yang Fii Quluubihim Maradhun yang dalam hati mereka ada penyakit. Hati busuk yang demikian tidaklah dapat mereka tutupi. Muka orang seperti itu keruh selalu, bahkan kadang-kadang bibir mereka berubah bentuknya, karena mulut mereka selalu digunakan untuk mencemooh.
Orang mukmin yang berjuang menegakkan kebenaran Ilahi, dipesan oleh Allah supaya memegang teguh kesabaran dan taqwa, tetap berdisiplin. Sabar, tabah jangan tergoncang daya upaya si busuk hati, si dengki iri hati. Supaya kebenaran itu bisa teguh, hendaklah selalu diberi dasar dengan taqwa. Karena taqwa adalah hubungan pribadi dengan Allah. Pribadi yang bertaqwa itulah yang akan sanggup menahan hati, tabah, dan tetap sabar selalu menjaga disiplin sehingga jalan terus menuju kepada yang dimaksud.
Adapun si kufur, si dengki dendam dan busuk hati, semua rencana mereka akan gagal karena di segala penjuru mereka telah dikepung oleh Allah dengan akibat-akibat yang tertentu. Sebagaimana kata pepatah: "Kecurangan tidak pernah menang menghadapi kejujuran."

Penyakit yang Tidak Boleh Dibiarkan
Di dalam merenungkan firman Allah di atas tadi, teringat kita kepada orang-orang munafik pada jaman kemajuan. Dengan lidah yang fasih mereka menyebut nama Allah, membuka dengan ucapan "Bismillahirrahman nirrahiim," dan menyebut : Muhammad shalallahu 'alaihi wassallama' dsb, padahal hatinya selalu bergemuruh dengan api kedengkian dan kebencian bagaikan direndang dengan kacang miang kalau kaum muslimin mendapat kemajuan.
Kaum muslimin diserukan oleh mereka supaya bangun dan bangkit berjuang demi tegaknya Islam, namun hati mereka berkata lain mengatakan biarlah mati karena benci. Ditipunya kaum muslimin berpuluh bahkan beratus kali. Kaum muslimin yang malang tetapi jujur kalau mendengar nama seseorang yang berjabatan tinggi selalu bertanya: "Sholat tidak bapak anu itu?" Demikian karena harapannya semoga hukum Allah berlaku, senang benar hatinya kalau ada seorang penting diangkat sambil berdoa dalam hatinya mudah-mudahan orang itu golongan awak juga (golongan orang-orang muslim yang taat). Padahal alangkah sedih hatinya, pengharapan mereka jadi hampa. Orang yang mereka sangka hendak menegakkan Islam ternyata berusaha berusaha meruntuhkannya. Kadang-kadang dia tertipu mendengar namanya. Semuanya ini adalah perbuatan apa yang dinamakan sebagai orang-orang munafik. Mulut-mulut manis penuh seribu janji demi mengelabui rakyat jelata, mengatasnamakan agama Allah demi keuntungan pribadi atau golongan, berdakwah seakan-akan demi tegaknya Islam padahal semata-mata niat utamanya hanyalah sekedar propaganda demi memperoleh dukungan agar menang dalam pemilihan suara. Kalau sudah terpilih menjadi seorang wakil rakyat atau pemimpin, mereka tak ubahnya seperti orang yang bisu tuli, tidak lagi mau mendengar suara hati dan jeritan kaum muslimin yang teraniaya, yang hidup dalam kefakiran, yang menjadi bulan-bulanan fitnah. Mereka hanyalah segerombolan orang munafik yang mementingkan kepentingan pribadi, tidak pernah peduli dengan nasib orang lain, atau bahkan lebih keji lagi mungkin menjual agama dan keyakinannya hanya demi segepok uang atau tender bisnis bernilai trilyunan dollar. Naudzubillah min dzalit. Gejala kemunafikan yang seperti ini tampaknya akhir-akhir ini demikian nyata semakin terlihat. Rakyat dan kaum muslimin hanya bisa mengelus dada menyaksikan semua kekejian ini. Semoga Allah segera memberikan petunjuk dan cahaya terangNya untuk menyinari dan membersihkan batin-batin yang telah terlanjur kotor itu, mengembalikan mereka kembali ke jalan yang benar, jalan yang ditunjuki Allah, kembali kepada penegakan kembali keadilan tanpa pandang bulu, kembali bisa melihat mana yang benar dan haq dan mana yang batil. Semoga mata hati mereka kembali bisa melihat dan tidak lagi buta, telinga mereka semoga bisa kembali mendengar dan tidak lagi tuli. Semoga..
Perbuatan orang-orang munafik yang curang sedemikian itu, adalah penyakit yang berbahaya bagi kaum muslimin dan juga bagi bangsa dan negara.
Tuhan terangkan semuanya itu supaya kaum muslimin mengetahui bahwa di dalam masyarakat itu ada orang-orang yang sifatnya seperti kuaman penyakit. Penyakit yang tidak boleh dibiarkan saja, tetapi harus dienyahkan dan dikeluarkan dari tubuh masyarakat kaum muslimin.
Tanda-tanda penyakit itu sudah diterangkan oleh Allah SWT dalam ayat Al-Quran tadi. Tetapi adakah juga Tuhan terangkan obat penyembuhnya? Jawabnya tentu saja ada obatnya, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: "Likulli daa-in dawaa-un faidzaa ushiiba dawaa-ud daa-i baaria bi idznillahi ta'ala." Artinya: "Bagi tiap-tiap penyakit ada obatnya, maka apabila obat itu dikenakan pada penyakit itu niscaya sembuhlah dengan izin Allah Ta'ala." (H.R. Ahmad dan Muslim).

Bantuan dan Pembelaan Allah
Obat yang Allah tunjukkan dalam Al-Quran buat membunuh racun yang bekerja dalam tubuh kaum muslimin, adalah obat yang mujarab sekali, dibenarkan oleh pendapat ahli-ahli hikmah dan oleh orang-orang bijaksana.
Adapun penyakit yang ditimbulkan oleh orang-orang munafik dan curang itu ialah penyakit hasad, dengki. Maka obatnya yang telah Tuhan terangkan ialah sabar dan taqwa (berbakti kepada Allah).
Sabar artinya tetap bertahan atau berteguh hati kuat menghadapi gangguan dan permusuhan mereka dan segala penyakit bahaya dan fitnah yang ditimbulkan oleh mereka. Sabar menerima segala macam kesusahan dan ujian yang menimpa, jangan gelisah jangan berubah dari cita-cita yang benar dan jangan terpengaruh dengan gangguan mereka. Dan sabar pula dalam menghadapi kesenangan dan nikmat yang datang berlimpah-limpah, jangan lupa daratan, jangan berbelok dari jalan yang hak, jangan terpengaruh dengan sanjungan dan pujian.
Pendeknya tetaplah dalam pendirian sekalipun ditimpa bahaya kesusahan atau dihujani kesenangan, dan kemewahan. Di waktu mendapat bahaya harus bersabar dan di waktu mendapat kesenangan harus bersyukur kepada Allah SWT.
Sabda Rasulullah SAW: "Man u'thia fasyajara, wa-abtulia fasabara wa zhalama fastaghfara tsumma sakata faqaaluu ya Rasulullah ma lahu? Qaala ulaaika lahumul amnu wahum muhtaduun." Artinya: "Barang siapa diberi lalu ia bersyukur, mendapat cobaan dia sabar, bila melakukan tindakan aniaya dia mohon ampun, dan bila dia dianiaya dia maafkan, kemudian Rasulullah diam, lalu para sahabat bertanya: Ya Rasulullah, dapat apa ia? Jawabnya: Mereka itulah memperoleh ketentraman dan mereka itu mendapat petunjuk." (HR.Thabrari).
Adapun bakti arti disipilin menjalankan perintah Tuhan. Kerjakan yang diperintah dan jauhkan yang dilarang, kemudian berserah diri bulat-bulat kepada Allah SWT.
Gangguan musuh dalam selimut itu janganlah sampai mempengaruhi keadaan, jangan melanggar larangan Tuhan, jangan menyia-nyiakan perintahNya. Anggaplah gangguan musuh dalam selimut itu, sebagai nyamuk atau kutu busuk yang menggigit menyadarkan kita jangan sampai terus-menerus tidur. Inilah satu didikan dan pengajaran dari Allah SWt. Buat kita menghadapi orang-orang hasad dengki, yang selalu bekerja buat menimbulkan kerusakan dan kerusuhan dalam masyarakat kaum muslimin dari sebelah dalam yaitu kita hadapi dengan sabar dan bakti kepada Allah SWT.
Kalau semua resep ini dijalankan oleh kaum muslimin dalam menghadapi gangguan musuh dalam selimut atau lawan yang berbaju kawan, niscaya segala tipu daya musuh, segala macam cara jahat sebagai perangkap, buat mengacaukan masyarakat kaum muslimin, tidaklah membahayakan kaum muslimin. Karena kaum muslimin sudah berada dalam pemeliharaan dan penjagaan Tuhan, dalam bantuan dan pembelaanNya.

Penutup
Orang-orang bijaksana mengatakan, apabila engkau ingin membikin tidak berdaya usaha orang-orang yang dengki, musuh-musuh yang memakai pakaian kawan, yang mengaku beriman hanya di hadapan, imannya hanya di bibir padahal hatinya lebih banyak condong kepada kufur, yang lebih senang kalau kaum muslimin hancur lebur, jangan sekali-kali mereka itu dijadikan tempat menumpahkan kepercayaan buat kepentingan agama dan umat. Karena mereka tidak akan bekerja meninggikan agama dan tidak pula mereka bekerja memajukan kaum muslimin, bahkan mereka bekerja buat memadamkan Islam dan menghancurkan kaum muslimin. Maka waspadalah kepada tipe-tipe orang seperti itu! Mereka adalah musuh yang nyata!
Kalau segala gangguan dan fitnah yang mereka timbulkan dalam masyarakat Islam itu dihadapi dengan sabar dan bakti kepada Allah, niscaya tipu daya jahat mereka sedikitpun tidak akan membahayakan Islam dan kaum muslimin. Jangan dihiraukan tipu daya mereka, karena Allah mengetahui segala perbuatan mereka dan akan dibalas dengan balasan yang setimpal dengan kejahatannya dan tipu dayanya. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kaum muslimin sekalian. Amien.

Tidak ada komentar: