Selasa, 18 Maret 2008

Nasehat dg lemah lembut

Mari kita melihat kembali kisah Musa AS, sewaktu diperintah Allah SWT agar menyampaikan nasehat-nasehat kebaikan kepada Fir’aun. Betapa buruknya amalah Fira’un seperti tergambar dalam Surat Al-Qashas (Cerita) [28]:

Thaa Shiim Miim.

Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah).

Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.

Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. [QS 28:1-4]

Sedemikian buruk kelakuan Fir’aun, menyembelih semua anak laki-laki yang baru lahir, karena ketakutannya kepada kedatangan seorang laki-laki yang nanti akan menggeser kekuasaannya. Dan, lebih jauh lagi dia berani memproklamirkan dirinya “Akulah Tuhan, yang pantas disembah!”

Dan berkata Fir’aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta” [QS 28:38]

Bagaimanakah Allah menanggapi sikap kufur Fir’aun tersebut. Allah kemudian menyuruh Musa mendatangi Fir’aun.

Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; [QS 20:42]

Betapa lemah lembutnya Allah memerintahkan Musa AS?

Kalau kita mau melepas anak kita merantau (mungkin untuk bersekolah ke tanah seberang), kita mengatakan “Pergilah Nak, bawa ini bekal, kalau hatimu sedih jangan lupa kirim surat ke Mamah ya…”, “Pergilah Nak,,, Pergilah,,,” sambil melepas anak sholeh kesayangan kita dengan tetesan air mata. Rasakanlah bagaimana Allah membingkai perintahNya dengan kata-kata yang lemah lembut “Pergilah, wahai Musa”

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; [QS 20:43]

Tidaklah kalah lemah lembutnya bingkaian kata-kata Allah terhadap Fir’aun, si penghuni kerak neraka. “Pergilah, temuilah dia. Dia sungguh telah melampaui batas”. Allah tidak membingkai kata-kataNya dengan kata-kata penuh emosi (seberapun Fira’un ingkar terhadap Dia”). Lihatlah kata-kataNya sangat tenang dan menyejukkan. Alih-alih mengatakan “pergilah ke Fir’aun si tukang kafir itu”, tetapi Allah mengatakan “pergilah menghadap ke si tukang yang telah melampaui batas itu”.

Bagaimana reaksi nabi Musa AS?

Tidaklah kalah lemah-lembutnya Musa menjawab, layaknya seorang kekasih yang berkasih sayang dengan kekasihnya:

Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, [QS 20: 25]

Musa AS, berkata “Ya Tuhanku”, tergambarlah disini kasih sayang Musa kepada Allah “Ya kekasihku”, “aku ini orangnya tidak baik dalam bertutur kata, aku cepat emosi, dadaku cepat sempit, aku mohon kepadaMu, lapangkanlah dadaku”. Inilah doa setiap muslim dianjurkan membacanya “Rabbisy rahlii soddrii” (Ya Rob, Ya Tuhanku, Ya Kekasihku, lapangkanlah dadaku”)dan mudahkanlah untukku urusanku,dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, [QS 20: 26-28]

Nabi Musa berkata “Ya, Tuhanku sungguh berat tugas ini bagiku, Aku takuuuuut ya Rob…. aku khawatiiiir bertemu Fir’aun”. Maka mudahkanlah urusan ini bagiku. Terlihatlah disini permohonan Musa AS. Inilah doa setiap muslim dianjurkan membacanya “wa yassirli amri wahlul uqdatam millisani yafqahu qauli” (Ya Rob, Ya Tuhanku, Ya Kekasihku, mudahkanlah urusan ini bagiku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku (lancarkanlah bicaraku), agar mereka (Fir’aun dan sekutunya) mengerti ucapanku”).

Perlu juga kita renungi bagaimana rasa takut Nabi Musa, menghadapi Fir’aun yang terkenal galak dan suka membunuh.

Berkatalah mereka berdua (Musa dan Harun): “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas.” [QS 20: 45]

Nabi Musa AS, adalah manusia biasa juga yang punya rasa takut akan disiksa Fir’aun. Dan inilah yang dikadukan kepada Allah. “Ya Allah, Aku khawatir, dia akan menyiksaku”.

Inti sari metode penyampaian pesan

Setelah mengeluhkan kekuatirannya kepada Allah, dan bermohon agar dimudahkan dalam urusan ini. Allah kemudian mengajarkan kepada Musa cara (metode) penyampaian pesan-pesan kebaikan dari Allah. Perhatikanlah ayat sebelumnya. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” [QS 20:44]

Disinilah pengajaran Allah kita temukan. Dalam menyampaikan pesan kebaikan apapun itu, kepada siapapun itu, haruslah dengan kata-kata yang lemah lembut. Dan tujuan pesan itu dibingkai dengan kata-kata yang lemah lembut hanyalah agar (lihatlah pesan Allah), “mudah-mudahan” si penerima pesan itu ingat (dan kembali ke jalan Allah).

Lihatlah kata-kata “mudah-mudahan” diatas dan rangkaian kata-kata indah yang diajarkan Allah. Disini Allah mengajari kita bahwa:

Menyampaikan pesan-pesan kebaikan haruslah dengan kata-kata yang lemah lembut.
Kamu hanya menjadi pembawa pesan (messenger)
Kamu tidak punya hak untuk memastikan bahwa si penerima pesan akan mengikuti kamu atau tidak. Lihatlah kata “mudah-mudahan” diatas, yang kurang lebih berarti “Wahai Musa, kerjakan saja tugas mu dengan baik, perkara hasilnya, Akulah yang menentukan, kamu cukup katakan “mudah-mudahan berhasil”.
Tujuan kita dalam menyampaikan pesan-pesan kebaikan, hanyalah agar orang tersebut (yang kita sampaikan pesan kebaikan kepada dia) kembali ingat, dan takut kepada Allah.

Tidak ada komentar: