Jumat, 15 Februari 2008

Kematian

Saat ini, kematian merupakan topik menarik yang banyak diseminarkan di negara-negara Barat, terutama Amerika. Pembicaraan tentang kematian selalu menarik minat banyak kalangan. Bahkan kini di Amerika, topik tentang kematian telah diupayakan untuk bisa diberikan di sekolah-sekolah. Istilah yang kini banyak digunakan untuk topik ini ialah death education (thanathology).

Memang, kematian adalah suatu keniscayaan yang pasti akan menjumpai setiap orang, tidak peduli warna kulit, ras, kebangsaaan, status sosial, bahkan tidak juga peduli dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan yang dimiliki, kematian tetap saja akan menjemput semua makhluk yang bernyawa. Demikianlah, Bangsa Barat - yang seolah dengan kecanggihan teknologi dan pengetahuan medisnya mampu menunda kematian - pun tetap percaya bahwa kematian akan datang juga.

Dalam berbagai literatur Barat tentang kematian, nampak bahwa arah pembahasan dari topik yang mereka kaji terfokus pada masalah problem-problem psikologis yang mungkin dialami oleh seorang individu pasca kematian orang yang dikasihinya. Kalaupun ada yang membahas tentang kematian terkait dengan orang yang mati itu sendiri, itu hanya sebatas tentang bagaimana agar seorang individu bisa menghadapi kematian sesuai yang diinginkannya. Misalnya mati di dekapan orang yang dicintai dan disaksikan oleh seluruh anggota keluarganya.

Dari situ nampak bahwa kajian atau pembelajaran Bangsa Barat tentang kematian tidak mencakup kematian itu sendiri, apakah kematian itu merupakan akhir kehidupan ataukah sesudah kematian itu ada kehidupan lain lagi, inilah yang tidak dikaji oleh mereka. Hingga akhirnya mereka tidak sampai pada analisa tentang bagaimana seharusnya manusia mempersiapkan diri untuk mati dan untuk kehidupan setelah mati. Nampak bahwa bangsa Barat menganggap bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan.

Berbeda dengan konsep Barat, Islam dengan gamblang menyatakan bahwa kematian, selain sebagai akhir perjalanan hidup di dunia, adalah sekaligus awal dari suatu kehidupan yang sejati. Kematian hanyalah sebuah media transisi dari kehidupan dunia yang fana untuk selanjutnya menuju kehidupan akhirat yang abadi. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini tidak lebih dari sebuah permainan dan keisengan, bermegah-megah, dan adu kesombongan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan, dan keturunan. Seperti hujan yang turun yang menumbuhkan tanaman-tanaman yang mengherankan para petani, tapi tak lama tanaman itu tampak olehmu layu, menguning, kemudian luluh hancur. Padahal di akhirat masih ada azab yang dahsyat, di samping ada ampunan dari Allah dan keridloan-Nya” (Q.S. Al-Hadiid [57]: 20).


Islam dan Death Education

Berlandaskan pada firman Allah dalam surat al-Hadiid tersebut, kiranya kita mampu untuk menentukan apakah pendidikan tentang kematian itu perlu kita terapkan bagi diri dan bagi anak cucu kita atau tidak. Penulis secara sederhana menyatakan bahwa bagaimanapun juga pendidikan tentang kematian adalah suatu hal yang sangat perlu untuk dipelajari oleh setiap orang, terutama sekali oleh umat Islam. Karena bagaimanapun, setiap kita pasti akan menghadapi yang namanya kematian. Terutama sekali, ketika saat ini, kematian adalah hal yang sangat sering kita jumpai dalam kehidupan kita, entah itu kematian karena bencana alam, kecelakaan, perang, atau pembunuhan.

Berbeda dengan konsep pendidikan kematian yang ditawarkan barat, pendidikan tentang kematian Islam lebih mengarah pada hakikat kematian serta apa yang harus dipersiapkan oleh manusia untuk menghadapi kematiannya, agar kematiannya itu bisa memberi makna. Meski demikian, pendidikan tentang kematian Islam selayaknya juga tidak mengesampingkan pendidikan tentang kesiapan individu menghadapi kematian orang yang dicintainya, agar tidak timbul problem-problem psikologis yang dapat mengarah pada perilaku abnormal, depresi misalnya, sebagaimana pendidikan tentang kematian yang ditawarkan Barat.

Dalam Alquran telah banyak ayat yang berbicara tentang kematian yang bisa diambil untuk bahan pendidikan tentang kematian. Sebut saja surat an-Nisaa [4]: 78 (tentang kematian yang akan menjemput setiap manusia dimanapun mereka berada), Q.S Ali Imron [3]: 185 dan al-Anbiyaa’ [21]: 35 (yang menerangkan bahwa setiap yang berjiwa pasti akan mati), Q.S al-A’raaf [7]: 57 (tentang kebangkitan orang-orang yang telah mati), Q.S al-Baqarah [2]: 161-162 (tentang laknat bagi orang-orang yang mati dalam keadaan kafir), serta masih banyak lagi ayat-ayat tentang kematian dalam Alquran yang bisa diambil pelajaran darinya.

Kesemua ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan kematian tersebut merupakan literatur komplit bagi setiap manusia yang ingin menggali lebih dalam tentang hakikat kematian. Melalui ayat-ayat tersebut, setiap muslim akan mampu memiliki pandangan serta pengetahuan yang benar tentang kematian, serta segala bekal yang harus dipersiapkan agar kematiannya menjadi bermakna.

Death Education yang Bersumber dari Bencana

Selain bersumber dari ayat-ayat dalam Alquran (qauliyah), pelajaran tentang death education juga dapat kita ambil dari ayat-ayat kauniyah-Nya. Berbagai bencana alam, kecelakaan, kriminalitas, atau bahkan kematian yang wajar sekalipun merupakan sumber rujukan yang sangat tepat untuk mempelajari hakikat kematian. Berbagai bencana alam dan peperangan yang banyak terjadi saat ini yang telah merenggut ratusan ribu nyawa, semuanya menjadi literatur yang up to date untuk meningkatkan kesadaran serta kesiapan kita menyongsong datangnya kematian yang setiap saat bisa menjemput kita.

Setiap orang tentu mengharap bahwa hidup yang hanya sekali di dunia ini bisa berarti. Namun lebih dari itu, setiap muslim juga mengharap bahwa kematian yang juga hanya akan datang sekali, juga bisa memberi arti. Kematian yang berarti ialah kematian pada saat yang tepat, pada saat kita siap, kematian yang mampu meninggalkan berbagai kemaslahatan bagi umat, serta mendapat bekal untuk menuju akhirat.

Biarlah saat lahir kita menangis dan orang-orang tertawa, karena tawa tersebut merupakan bukti cinta kasih mereka atas kedatangan kita di dunia. Dan biarkanlah pula orang-orang menangis saat kita mati, asalkan kita bisa tersenyum dan tertawa, karena tangis mereka saat kita pergi menghadap Khalik adalah juga sebagai bukti cinta dan kasih mereka atas diri kita.

Ingatlah bahwa dalam surat al-Hadiid di atas, Allah telah menerangkan bahwa di akhirat telah menanti azab yang sangat dahsyat, namun selain itu ampunan serta ridha-Nya juga senantiasa menunggu di sana. Kini terserah pada kita hendak memilih yang mana. Semoga saja semua bencana, musibah, serta peristiwa yang telah menyebabkan kematian saudara-saudara kita semakin meningkatkan kesadaran kita untuk lebih giat mempersiapkan diri akan datangnya kematian yang sewaktu-waktu datang pada kita. Kematian yang akan mengantarkan kita untuk berjumpa dengan sang Khalik dan mempertanggungjawabkan setiap amal yang kita perbuat di dunia.

Tidak ada komentar: