Kamis, 08 Mei 2008

SUKUR ADALH NIKMAT

Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba yang pandai
mensyukuri segala nikmat yang telah Allah curahkan. Semoga pula Allah
memampukan kita untuk dapat mensyukuri semua nikmat tersebut dengan
cara terbaik.

As Syakur adalah satu dari 99 nama Allah yang terdapat dalam Asma'ul
Husna. Nama Allah, As Syakur, terambil dari kata syakara yang
berarti "pujian atas kebaikan" serta "penuhnya sesuatu". Keterangan
lain menyebutkan bahwa tumbuh-tumbuhan yang berhasil tumbuh walau
dengan sedikit air, atau binatang yang gemuk walau dengan sedikit
rumput, dalam bahasa Arab disebut syakur.

Dari penggunaan istilah ini, maka kata syakur yang menjadi nama dan
sifat Allah berarti, "Dia mengembangkan atau memperbanyak imbalan
yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, meskipun amalannya sedikit".
Karena itu, tidak mengherankan bila Allah SWT selalu melipatgandakan
amalan-amalan yang dilakukan hamba-Nya.

Dalam QS Al Baqarah ayat 261 diungkapkan, Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan, Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.

Dr Quraish Shihab menyebutkan bahwa kata syukur biasa dipertentangkan
dengan kata kufur. Dalam QS Ibrahim ayat 7 disebutkan, ''Kalau kamu
bersyukur pasti akan Aku tambah untukmu (nikmat-Ku) dan kalau kamu
kufur, sesungguhnya siksa-Ku amat pedih''. Penempatan kata syukur
yang dipertentangkan dengan kata kufur disebabkan karena keduanya
mengandung makna berlawanan. Syukur berarti menampakkan sesuatu ke
permukaan, sedangkan kufur berarti menutupinya.

Apa makna dari Al Syakur ini? Lewat nama-Nya ini, Allah SWT
memperlihatkan sifat-Nya yang tidak "egois". Allah SWT akan
memberikan apresiasi tertinggi terhadap semua yang dilakukan hamba-
Nya dengan "penghargaan" dan derajat kemuliaan, walau dalam pandangan
manusia amalan tersebut sangat tidak berarti. Dalam Alquran
disebutkan, Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah
pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula (QS Al Zalzalah: 7).
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak akan sedikit pun
berbuat aniaya terhadap kebaikan orang Mukmin, penghargaan-Nya
diberikan sewaktu ia di dunia dan di akhirat kelak pun ia akan
mendapatkannya" (HR Ahmad).

Melihat demikian tingginya apresiasi yang diberikan Allah SWT kepada
setiap kebaikan hamba-Nya, seharusnya membuat kita tertantang untuk
melakukan yang terbaik untuk Allah, sekaligus menghargai apapun yang
Ia berikan kepada kita. Dengan kata lain, kita harus menjadi hamba
yang bersyukur.

Bagaimana caranya? Pertama, meyakini bahwa segala sesuatu hanyalah
milik Allah SWT atau tidak merasa dimiliki dan memiliki kecuali oleh
Allah semata. Lewat keyakinan ini, kekayaan duniawi yang melimpah
tidak akan membuat kita sombong dan takabur; sedang tiadanya tidak
akan menjadikan minder dan nelangsa. Intinya, apa yang kita punya
sekarang hanya sekadar titipan yang suatu saat akan diambil oleh
pemiliknya. Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi (QS Al Baqarah: 284).

Kedua, selalu memuji Allah SWT dalam segala kondisi. Alangkah baiknya
apabila lidah kita selalu basah dengan memuji Allah karena demikian
banyaknya nikmat yang tercurah, baik dalam keadaan senang atau susah.
Andai kita teliti, musibah yang kita dapatkan jauh lebih sedikit
daripada nikmat yang Allah berikan. Tidak salah bila dikatakan bahwa
kita "dicelupkan" Allah ke dalam samudera nikmat yang tiada bertepi.
Tak sedetik pun Allah melepaskan karunianya pada kita. Maka sangat
wajar apabila ucapan hamdallah, tahmid, takbir, dan istighfar selalu
ke luar dari mulut kita.

Ketiga, manfaatkan nikmat yang ada sebagai sarana taqarub pada Allah.
Bagi seorang ahli syukur, kegembiraannya tidak lagi terletak pada
pesona indahnya dunia, tapi terletak pada manfaat dunia tersebut
untuk mendekatkan dirinya pada Allah. Baginya, dunia adalah kendaraan
menuju Allah SWT.

Keempat, berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi jalan nikmat
dan kebaikan bagi kita. Tahu berterima kasih (balas budi) adalah
salah satu ciri ahli syukur. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa
telah berbuat kebaikan kepada kalian, maka hendaklah kalian
membalasnya, jika kalian tidak mampu membalasnya, maka berdolah
baginya, hingga kalian tahu bahwa kalian telah bersyukur. Sebab Allah
adalah Dzat yang Mahatahu berterimakasih dan sangat cinta kepada
orang-orang yang bersyukur" (HR Thabrani). Dalam hadis lain
disebutkan, "Tidaklah bersyukur kepada Allah, orang yang tidak tahu
berterima kasih kepada sesama manusia" (HR Ahmad).

Mulai sekarang ingat-ingatlah selalu kebaikan orang-orang yang
menjadi jalan kesuksesan, menjadi jalan ilmu, dan jalan kebaikan bagi
kita. Maksimalkan berbuat baik kepada mereka. Seandainya mereka telah
tiada, jagalah hubungan baik dengan ahli warisnya, juga sahabat-
sahabatnya, dan doakanlah mereka dalam ibadah-ibadah kita. Insya
Allah dengan menjadi hamba yang pandai bersyukur, Allah akan
membukakan pintu-pintu kebaikan bagi kita. Amin.

Tidak ada komentar: