Selasa, 13 Mei 2008

ETOS KERJA ISLAMI

Saudara-saudara Muslimin Yang Berbahagia,

Marilah kita senantiasa taqwa kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh ya’ni menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
Salah satu perwujudan dari Taqwa adalah usaha kita menumbuhkan rasa tanggung jawab akan kewajiban-kewajiban hidup, termasuk didalamnya tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari memenuhi kebutuhan keluarga sebagai pertanggungjawaban kepada Allah SWT.
Bekerja harus menurut kemampuan kita dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang digariskan Allah agar senantiasa memperluas ridho Allah SWT.

Jamaah Islam Yang Berbahagia,
Melalui mimbar jum’at ini khatib mengajak jama’ah untuk merenungkan kembali perlunya umat Islam mempunyai ETOS KERJA yang tinggi sebagai konsekwensi hamba Allah hidup di dunia ini.
Keinginan untuk memperoleh kekayaan merupakan fitrah dan kebutuhan dasar manusia. Dalam realitas social sering kali terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap fitrah itu. Hal ini terjadi karena disatu sisi manusia terlalu cinta terhadap harta dan menganggapnya sebagai segalanya, sedangkan persediaan tentang hal ini terbatas dan tidak sedikit orang yang suka mengambil jalan pintas atau menghalalkan segala cara. Disisi lain tidak sedikit pula orang yang keliru menyikapi kekayaan karena dianggap dengan mudah menjerumuskan manusia kepada Hubbud dunya atau gila harta dan melupakan Tuhan. Dari sikap kedua ini dapat melahirkan orang yang tidak respek terhadap kekayaan dan sekaligus apatis terhadap orang kaya.

Muslimin – Muslimat Yang bahagia,
Terlepas dari kekayaan orang akan menjadi congkak, sombong, kikir, suka memeras atau sebaliknya dengan kekurangan orang menjadi baik, pemurah dan penolong.
Dalam pandangan Islam kekayaan tetap penting bagi kehidupan dan eksistensi manusia karena dengan kekayaan orang menjadi berwibawa, mempunyai pengaruh, menguasai massa, memudahkan untuk dipercaya orang, dapat menentukan keputusan, dapat untuk berdakwah dan berjuang dijalan Allah SWT, atau demi kemanuasiaan membantu orang lemah, fakir miskin. Dari itu semua upaya untuk memperoleh kekayaan menjadi penting, manusiawi dan keharusan.
Harta adalah karunia Allah dan mencarinya adalah ibadah;

{10} وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ
مَا عِندَ اللَّهِ خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ
وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Artinya: Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.(Al-Jumu’ah. 10)

Bertebaranlah kamu dan Carilah, Islam memberikan petunjuk agar didalam kegiatan mencari harta itu menjadi mudah dan menyenangkan serta tidak menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah; antara lain:

1. Kerja, motivasi seorang muslim dalam menjalankan hidup ini semata-mata dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyaat: 56)

Islam mengajarkan bahwa hidup dan seluruh aspeknya termasuk bekerja niat karena Allah. Karena bekerja tidak saja memenuhi kebutuhan hidup tetapi sekaligus merupakan panggilan dan keharusan agama yang memiliki nilai atau makna sejajar dengan ibadah mahdah / ibadah dalam arti khusus atau merupakan bagian dari ibadah dalam pengertian seluas-luasnya.

Dengan demikian jelaslah Islam tidak menghendaki penghayatan agama yang mengarah pada pelarian diri dari kehidupan duniawi. Bahkan Islam mengajarkan asesi (accersion) duniawi yakni memakmurkan dan memajukan kehidupan dunia jangan tenggelam dalam kenikmatan semunya dunia.

2. Al Qur’an menegaskan bahwa cara terbaik untuk mendapatkan kekayaan adalah dengan bekerja.

“Dan bahwasanya seseorang tidak memperoleh selain yang telah diusahakan”.(Al-Baqoroh: 202)

Rosul bersabda :
Artinya: sebaik-baik pekerjaan adalah usaha seseorang dengan usahanya sendiri (H.R. Ahmad dan Hakim).

3. Dalam hidup dan bekerja Islam mengajarkan betapa pentingnya berorientasi ke masa depan, kerja keras, teliti, hati-hati menghargai waktu, penuh rasa tanggung jawab dan berorientasi pada prestasi (achivement oriented) dan bukan prestasi semata-mata. (Prestice Oriented)

Oleh karenanya, sikap ethos yang selayaknya kita tanamkan dalam diri sebagai muslim :

a. Hidup harus punya cita-cita, seorang muslim berasumsi tentang kerja adalah bekerja yang direncanakan dan diperhitungkan masak-masak untung ruginya. Dengan konsekwensi agar hidup dihari esok lebih baik dari hari ini :
- lebih sejahtera
- lebih maju
Nasib manusia (secara perorangan / bersama-sama) akan ditentukan kuantitas ibadah termasuk kerjanya ketika berada di dunia.
“Setiap diri hendaknya memperhatikan apa yang akan dikerjakan hari esuk”.

b. Kerja santai, tanpa rencana, malas, boros tenaga, waktu dan biaya adalah bertentangan dengan nilai-nilai islamiah.
Islam mengajarkan agar setiap detik dari waktu dapat diisi dengan 3 hal :
- meningkatkeimanan
- beramal sholeh
- berkomunikasi sosial

Allah berfirman dalam surat dalam surat Al ‘Ashr:

@بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَصْرِ {1} إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا
وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}

c. Semua masalah yang menjadi tanggung jawabnya harus dihadapi dengan rasa tanggung jawab(responsibility) dan pemahaman perhitungan (accountability). Sanggup memegang amanat dengan kerelaan dan pantang menolak tugas karena apa yang kita kerjakan pada akhirnya akan kembali pada dirinya sendiri. Siapa menanam benih akan menuai buah.

d. Hidup menurut pandangan Islam harus memuat dan berpola kesederhanaan, tidak konsumtif dan tidak berlebihan tetapi tidak pula kikir.

Firman Allah SWT dalam Q.S AL HADIID: 24

Artinya: (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barang siapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

e. Sebaik-baik pekerjaan adalah yang dikerjakan dengan sebaik mungkin, serapi mungkin. (Aksamu amala) sebagaimana Allah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada didalamnya dengan sebaik-baiknya.
Islam membolehkan bersaing sehat menuju kebaikan. Fastasbiquul khoiroot

Max Weber dalam: The Protestant Ethics and Spirit Capitalisme menyimpulkan bahwa semangat kapitalis didasari oleh ajaran protestan, maka semestinya orang Islam adalah orang yang paling bersemangat hidup, beretos kerja hebat dan prestasi tinggi dengan didasari ajaran Islam.

Demikian sekelumit tentang Etos Kerja sebagai seorang muslim agar hidup kita sukses didunia dan diakhirat. Amin.

Tidak ada komentar: