Selasa, 23 September 2008

Saling memaafkan

“Prosesi” silaturrahmi dan “ritual” saling memaafkan dalam halal bi halal, sepintas bisa dikatakan sebagai sebuah hal yang sangat artifisial (simbolis) yang sekadar menjadi tradisi tahunan. Padahal, dalam ajaran agama, setiap kita melakukan kesalahan baik kepada Allah (habl min Allah) maupun kepada sesama manusia (habl min al-nass), hendaknya lah langsung meminta maaf.
Kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, permintaan maaf itu dimanifestasikan dengan membaca istighfar disertai komitmen yang teguh untuk tidak mengulanginya lagi. Sementara kepada sesama, harus diwujudkan dengan meminta maaf dengan jalan bersilaturahmi dan meminta keikhlasan untuk memaafkan kesalahan yang pernah dilakukan.
Tidak akan ada yang menyangkal, tradisi silaturahmi dan saling bermaafan antarsesama adalah hal yang sangat indah. Sebuah proses pembelajaran untuk mengakui kesalahan yang telah dilakukan. Memaafkan kesalahan orang tidak lah gampang. Itu sebabnya, para sufi menyuruh kepada kita, agar melatih memaafkan kesalahan orang lain secara terus-menerus.
Sifat pemaaf harus tumbuh karena ”kedewasaan rohaniah”. Ia merupakan hasil perjuangan berat ketika kita mengendalikan kekuatan ghadhab (marah) diantara dua kekuatan: pengecut dan pemberang. Sifat pemaaf menghias akhlak para nabi dan orang-orang saleh. Dimana rohani mereka (para Nabi dan orang-orang saleh) itu telah dipenuhi sifat Tuhan Yang Maha Pengampun (To err is human, but to forgive is divine). (Suliswiyadi, 2004).
Berkaitan dengan tradisi saling memaafkan saat lebaran, idul fitri dalam halal bi halal, meski sampai sekarang kesan yang muncul sebatas ritual yang lebih bersifat simbolistik belaka, namun tidak ada salahnya untuk tetap dilanggengkan.
Harapannya, ke depan, makna artifisial dalam tradisi saling memaafkan dalam idul fitri ini akan sirna, sehingga ia tidak lagi sekadar menjadi tren saja. Lebih dari itu, menjadi tradisi (budaya) dan sarana untuk belajar mengakui kesalahan yang dilakukan dan belajar memaafkan kesalahan orang lain. Tentu tidak sebatas saat lebaran atau idul fitri saja. Tetapi juga dipraktekkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. ■
Rosidi

Tidak ada komentar: