Selasa, 12 April 2011

Senin, 04 April 2011

SYARAT PACARAN YANG ISLAMI ADAKAH ?

Berikut ini adalah beberapa syarat pacaran secara Islami :
1. Pacaran hanya boleh dilakukan setelah pernikahan. Artinya Ijab Qabul antara Kamu sebagai laki-laki dengan wali dari mempelai wanita sudah terjadi. Bukan justru saat ini, saat kamu masih sekedar basa-basi, ingin sok kenal, sok sayang, sok cinta sama anaknya orang. Tapi pada kenyataannya kamu hanya menghambat kreativitas gadismu. Ingat, mencintai berarti menyerahkan kebahagiaan hanya pada orang yang kamu cintai. Ketika kamu sedih, kamu ingin dia merasakan apa yang kamu rasa. Ketika dia berduka, kamu pun akan merasakannya. Itu mesti, karena jika tidak begitu, cinta yang kamu rasakan pasti hanya cinta yang sekedar lewat, atau malah hanya simpatik, atau malah hanya perasaan kagum yang sementara. Jadi ketika saat ini kamu mencintainya dengan sepenuh hati, kamu gak bakal rasakan kebahagiaan sepanjang hayat. Setiap saat kamu akan terbelit masalah, terganggu hatimu mendengar dia bersama orang lain, dst. dst.
2. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), maka jangan pernah bertemu dengannya tanpa ada pihak ketiga
3. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), jangan pernah berduaan (berkhalwat), apalagi jalan ke mall bareng, lebih-lebih nonton bioskop (siang atau malam hari, siang aja gelap, apalagi malam). Jangan pergi ke tempat rekreasi berduaan.
4. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), jangan pernah duduk berdekatan (Jarak minimal adalah 1 meter, selama pembicaraan! Bukan di awal pembicaraan 1 meter, tapi lama-kelamaan jadi 1 cm)
5. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), jangan melakukan pembicaraan lewat telepon dengan durasi lebih dari 3 menit (Itu akan menimbulkan pembicaraan yang sia-sia, yang dipenuhi nafsu)
6. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), jangan melakukan kirim SMS rutin dengan kata-kata yang tidak senonoh. Ingat, wanita yang akan kita sayangi harus kita jaga, harus kita hargai.
7. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), segera lakukan pertemuan dengan orang tuanya setelah merasa bahwa dia adalah orang yang cocok. Minta orang yang kamu percaya untuk melakukan pengecekan (Hehehe… ) terhadap hal-hal yang kamu anggap perlu.
8. Jika kamu melakukan taaruf (masa perkenalan), segera laporkan ke Kepala KUA setempat bahwa kamu ingin segera tercatat sebagai muslim yang menikah (berkeluarga).
Syarat di atas berlaku pada setiap orang dan semua kesempatan. Jika dalam pacaran saja syarat di atas harus berlaku, apalagi dalam dunia pertemanan, persahabatan. Kecuali jika teman akrabmu adalah muhrim mu.
Mungkin tulisan ini terlalu idealis, tapi hal ini merupakana kegelisahan yang mestinya mendapat jalan. Yang selama ini diyakinkan adalah Pacaran lebih banyak membawa mudharat daripada membawa manfaat. Dan itu telah terbukti, lahir batin.
Islam tidak pernah mengajarkan untuk berpacaran, Islam tidak mendukung itu. Dalam Islam ada “Mahabbah”, tapi itu bukan jalan untuk melegalkan hubungan unstatus. Jika memang ingin, jika memang ngebet, segera laporkan dirimu pada orang tuamu, lakukan khitbah (lamaran kepada calon mertua), lanjutkan ke KUA, hubungi kerabat, sebarkan undangan, lakukan walimah, setelah itu baru kamu bisa berpacaran bersama bidadarimu.

UNTAIAN HIKMAH SEORANG MUSLIM

• Ada dua perkara yang jika Anda Amalkan, Anda akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: Menerima sesuatu yang tidak Anda sukai, jika sesuatu itu disukai Allah. Dan membenci sesuatu yang Anda sukai, jika sesuatu itu dibenci oleh Allah.”
(Abu Hazim)
• Ada enam perkara, apabila dimiliki oleh seseorang maka telah sempurnalah keimanannya : (1) memerangi musuh Allah dengan pedang, (2) tetap menyempurnakan puasa walaupun di musim panas, (3) tetap menyempurnakan wudhu walaupun di musim dingin, (4) tetap bergegas menuju mesjid (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) walaupun di saat mendung, (5) meninggalkan perdebatan dan berbantah-bantahan walaupun ia tahu bahwa ia berada di pihak yang benar dan (6) bersabar saat ditimpa musibah.”
(Yahya bin Muadz)
• Ada tiga golongan orang yang paling menyesal pada hari kiamat : (1) orang yang memiliki budak ketika di dunia, ternyata pada hari kiamat budak tersebut memiliki prestasi amal yang lebih baik darinya, (2) orang yang mempunyai harta tetapi tidak mau bersedekah dengannya sampai ia meninggal dunia, kemudian harta tersebut diwarisi oleh orang yang memanfaatkan harta tersebut untuk bersedekah di jalan Allah, dan (3) orang yang mempunyai ilmu tetapi ia tidak mau mengambil manfaat dari ilmunya, lalu ilmu tersebut diketahui oleh orang lain yang mampu mengambil manfaat darinya.”
(Sufyan bin ‘Uyainah)
• Akhlak yang paling mulia adalah menyapa mereka yang memutus silaturahim, memberi kepada yang kikir terhadapmu, dan memaafkan mereka yang menyalahimu.”
(HR Ibnu Majah)
• Aku belum pernah melihat orang yang paling lama bersedih daripada al-Hasan. Ia berkata, kita tertawa, sementara bisa jadi Allah yang telah melihat amal-amal yang telah kita perbuat berfirman, ‘Aku tidak mau menerima amal-amal kalian sedikitpun.’”
(Yunus bin ‘Ubaid)
• Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.”
(HR Abu Daud)
• Aku menangis bukan karena takut mati atau karena kecintaanku kepada dunia. Akan tetapi, yang membuatku menangis adalah kesedihanku karena aku tidak bisa lagi berpuasa dan shalat malam.”
(‘Amir bin ‘Abdi Qais)
• Aku tidak suka menjadi seorang pedagang budak. Akan tetapi, menjadi pedagang budak lebih aku sukai daripada aku menimbun bahan makanan sambil menunggu naiknya harga yang memberatkan sesama muslim.”
(Yazid bin Maisaroh)
• Amal yang paling baik adalah yang paling ikhlas dan paling benar. Jika amal itu ikhlas tapi tidak benar, maka tidaklah diterima. Jika amal itu benar tapi tidak ikhlas, juga tidak akan diterima kecuali jika dilakukan secara ikhlas. Ikhlas artinya dilakukan hanya karena Allah. Adapun benar artinya adalah sesuai dengan sunnah (tuntunan dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).”
(Fudhail bin ‘Iyadh)
• Apa pendapat Anda bila ada seseorang yang pakaiannya terkena air kencing, lalu ia hendak mensucikannya dengan air kencing pula? Mungkinkah air kencing itu dapat mensucikannya? Tentu saja tidak! Kotoran tidak dapat disucikan kecuali dengan sesuatu yang suci. Begitu pula halnya keburukan yang pernah kita lakukan, tidak akan dapat terhapus kecuali dengan memperbanyak melakukan kebaikan.”
(Sufyan ats-Tsauri)
• Apabila akhirat ada dalam hati, maka akan datanglah dunia menemaninya. Tapi apabila dunia ada di hati maka akhirat tidaklah akan menemaninya. Itu karena akhirat mulia dan dermawan, sedangkan dunia adalah hina”
(Abu Sulaiman Ad Daroni)