Jumat, 16 Juli 2010

RAMADHAN 1431 H BULAN PENDIDIKAN BETULKAH ?

Oleh : H.Akhmad Asikin,S.Ag
Ramadhan kembali akan tiba Insya Allah 11 agustus 2010 atau hari Rabo 1 Ramadhan 1431 H (menunggu hasil rukyat hilal dan Pengumuman resmi Pemerintah) . Umat islam beramai-ramai menyambut bulan suci Ramadhan sebagai bulan penuh berkah, bulan keagungan ? . Karena agungnya bulan suci Ramadhan, sehingga gerbang rahmat dibuka lebar-lebar, pintu neraka dikunci rapat dan syetan pun semuanya dibelenggu.
Cerita Ramadhan tentu bukan fiktif. Ramadhan adalah tamu suci yang mendatangi siapapun dengan berbagai keistimewaan. Keistimewaan Ramadhan bukan semata karena diturunkan kitab suci Al-Qur’an, tetapi terletak pada sambutan umat Islam pada bulan ini untuk mengistimewakan kualitas dirinya sendiri.
Ada apa sebetulnya dengan bulan Ramadhan sehingga harus “di istimewakan” dan “disucikan”? apa sebetulnya isyarat dan simbol dari semua itu? Kenapa dinamakan Ramadhan? Apa yang harus dilakukan saat menyambutnya dan apa pula manfaat serta hikmah yang bias kita raih dalam kehidupan sehari-hari.
Hilangnya kesempatan mengenai makna dan sejarah Ramadhan, tentunya membuat kita kehilangan keistimewaan bulan Ramadhan itu sendiri. Bulan suci ini menjadi tida ada bedanya dengan bulan yang lain. Bulan suci ini berbeda dengan yang lain, karena pada bulan Ramadhan ini memberikan kepada kita kesempatan untuk mengistimewakan nurani dan fitrah kita sebagai seorang manusia. Kesucian Ramadhan sangat bergantung pada bagaimana seseorang berupaya mensucikan dirinya adalam ragam pelatihan “mensucikan diri” selama Ramadhan.
Tanpa kesiapan diri mengetahui misteri dibalik bulan suci Ramadhan, sepenting dan semulia apapun seorang tamu, akan menjadi tidak istimewa jika tanpa sambutan yang berarti. Padahal, layaknya ketika kita hendak menyambut seorang tamu istimewa, segala sesuatunya akan dipersiapkan. Mulai dari kebersihan rumah, tata letak ruangan, bahan pembicaraan, hingga menu jamuan makanan dan minuman yang akan di sediakan.
Tarhib Ramadhan atau upaya menyambut bulan mulia ini, menjadi begitu penting agar kelak kita menyadari apa sebetulnya hikmah dan manfaat yang hendak diberikan sang tamu. Ramadhan, sang tamu, datang dengan ribuan hikmah yang membimbing pada kita bagaimana menggapai hidup yang penuh berkah didunia dan akhirat.
Ibnu Mandzur, seorang ahli bahasa Arab menyebutkan bahwa, bulan Ramadhan berasal dari kata ? yang berarti panas batu akibat sengatan sinar matahari. Ada juga yang menyatakan Ramadhan diambil dari akar kata ? yang berarti keringnya mulut orang yang berpuasa akibat haus dan dahaga.
Menurut pandangan bahasa tersebut, Ramadhan tidka lain merupakan simbol dari sengatan sinar matahari yang bias mempengaruhi dan memanaskan batu. Batu sering pula menjadi simbol dalam Al-Qur’an saat menyorot kerasnya hati seorang manusia. Hati yang tidak memiliki ruh, petunjuk dan kepekaan terhadap orang lain. Sering diumpamakan sebagai ‘hati batu’. Tidak mempunyai sense dan kepekaan apa-apa, selain kaku dan membisu.
Sekalipun hati seseorang keras seperti batu, Ramadhan sanggup membuatnya panas dan terpengaruh. Seseorang yang berhati kaku dan kurang peka terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya, bisa berubah seketika jika ia mau menerima ajaran selama bulan Ramadhan.
Saat ‘sang batu’ mulai panas terbakar, ia tentunya tidak lagi diam membisu, tetapi berubah menjadi daya kekuatan yang hidup dan dinamis. Batu yang beku dan diam menjadi banyak berguna karena kekuatan panas yang dimilikinya. Sengatan panas bisa menghasilkan gerak dan kekuatan dorong yang luar biasa. Inilah saat sang batu panas itu bisa berfungsi untuk mendidihkan air hingga mendorong benda. Benda berat seperti kereta api atau kendaraan lainnya.
Demikian perumpamaan bagi hidup yang berkah. Hidup yang hampa menjadi penuh makna. Ramadhan mampu menggerakkan hati kita untuk segera menuai keberkahan hidup melalui ajaran-ajaran yang disampaikannya. Ramadhan dengan berbagai ajarannya hendak mengubah hati yang lesu menjadi kuat, yang padam menjadi terang, yang bisu menjadi bicara, hati yang keras menjadi mudah meleleh, dan hati yang loyo menjadi segar berbinar.
Kekuatan hati yang tersentuh ajaran Ramadhan, bukan saja mampu mendorong dirinya, melainkan bisa menjadi daya dan kekuatan bagi orang lain. Keberkahan hati adalah keberkahan seluruh tubuh, perilaku dan seluruh kehidupan seseorang. Sebab jika hati baik, semuanya akan mencerminkan yang baik-baik. Namun apabila jika buruk maka segala sesuatunya menjadi runyam. Mulai dari niat, perbuatan maupun pikiran menjadi kotor karena komandonya pun kotor.
Ramadhan hendak mengajarkan keberkahan hidup dengan mendidik hati. Karena hati adalah komando. Hati adalah cermin. Ibarat aquarium, hati mencerminkan keindahan atau bahkan keburukan seseorang. Sebagai daya gerak, hati berikutnya akan memproduk sikap baik atau sikap jelek.
Hidup yang berkah ternyata dimulai dari motivasi dan kekuatan hati dalam meresapi nilai, menghayati pesan, kemudian mewujudkan gerak yang diinginkan sesuai nilai-nilai keluhuran akhlak. Maka tak heran, memiliki hati yang berkah menjadi dambaan setiap orang. Tanpa keberkahan hati, sulit sekali menggapai hidup bahagia. Semuanya dalam pandangan dirinya, menjadi tak bermakna. Hati yang bisu tak pernah bisa membedakan antara perbuatan mulia dan perbuatan yang buruk. Baginya semua pekerjaan yang mulia menjdai paling buruk dalam waktu yang bersamaan. Suatu saat menilai jabatan sebagai tujuan mulia, namun ketika harus terjatuh dari jabatan tertinggi sebelum ia bisa mencapainya, seketika itu pula ia mencerca jabatan dan berusaha menghindarinya.
Hati yang beku tak pernah bisa memilah antara pekerjaan yang mesti diutamakan dan yang tidak perlu di prioritaskan. Terkadang semuanya prioritas. Tak jarang, semuanya malah menjadi sepele. Yang prioritas dan yang sepele menjadi kabur karena hati kehilangan ruh, pikiran, dan daya gerak sekaligus.
Menyongsong Ramadhan merupakan menyongsong gerak hati dan pikiran. Ramadhan menyediakan 30 hari saja dalam merubah visi, misi dan arah pikiran kehidupan seseorang. Melalui puasa disiang harinya, shalat tarawih dimalam harinya, ber I’tikaf di sepertiga akhirnya, dan membayar zakat merupakan suatu penyucian harta dan menjadi bukti kepedulian sosial pada yang lain. Sehingga akan menuai kesucian di penghujung bulannya.
Menyongsong Ramadhan adalah menyongsong kesucian hati dengan member makanan pada ruhani. Sebagaimana halnya tubuh jasmaniah, hatipun perlu diberi makanan. Tanpa makanan, hati akan selalu lunglai secara ruhaniah. Makanan hatipun ada yang bergizi dan ada yang tidak bergizi. Makanan ruhani yang bergizi akan membuat hati menjadi mulia dan besar, meski tidak semulia dan sebesar jasmaninya.
Lalu apa yang harus kita persiapkan di ramadhan 1431 H ini
1. Pra Ramadhan. Persiapkanlah fisik, mental dan fikriyah kita karena hal tersebut yang sangat penting dalam menyongsong Ramadhan. Ibarat para atlit sepak bola yang kini sedang bertanding untuk menjadi ”sang juara” dan ”meraih medali emas” di Piala dunia. Sebelum bertanding mereka senantiasa latihan untuk mempersiapkan stamina yang prima, mental yang kuat dan penguasaan teknik yang tepat saat bertanding. Demikian halnya pertandingan kita di bulan Ramadhan harus dipersiapkan dengan latihan mulai dari bulan Rajab dan Sya’ban. Hal itu agar amaliyah Kita di bulan Ramadhan mencapai tingkat yang optimal menjadi ”orang-orang yang bertakwa” dan ”meraih Syurga”. (Amiin)
2. Menyongsong Ramadhan. Setelah kita mempersiapkan fisik dengan menjaga kesehatan dan mengingat kembali (refresh) fiqih-fiqih tentang puasa. Selanjutnya buatlah perencanaan dan target yang ingin dicapai sertai pula strategi suksesi Ramadhan seperti khatam Qur’an 1 juz dicicil 1juz/hari, izin cuti untuk bisa beri’tikaf 10 malam terakhir. Langkah selanjutnya sambut dan songsonglah kedatangan tamu yang agung dan telah lama ditunggu dengan hati riang gembira. Semoga Pertemuan yang kita pada ramadhan tahun ini menjadi pertemuan yang berkesan. :)
3. Melaksanakan Shaum. Shaum adalah amaliyah terpenting dan wajib selama Ramadhan sesuai perintah Allah SWT yang terdapat dalam QS.2:183. Menurut ulama ada 3 jenis puasa, yaitu: puasa Awam yang hanya menahan makan, minum dan syahwat namun kemaksiatan masih dijalankan, puasa Khawash yaitu puasa seluruh anggota badan dari yang diharamkan dan puasa Khawashul Khawash yaitu mengikat hati dengan kecintaan pada Allah SWT.( pilih yang mana?)
4. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an. Membaca Al Qur'an merupakan amaliyah yang sangat penting di bulan Ramadhan karena sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullah sangat besar perhatiannya pada Al Qur'an melebihi bulan-bulan lainnya. Salah satunya karena alasan pada bulan Ramadhan Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an.
5. Mempebanyak Ibadah Sosial, Syiar & Dakwah. Pada masa Rasulullah Saw, bulan Ramadhan dijadikan sebagai bulan penuh aktifitas yang positif yakni da'wah dan sosial, perjalanan jauh serta perluasan wilayah dakwah. Seperti: perjalanan ke Badar (th 2H), ke Mekkah (th 8H), ke Tabuk (th 9H) dan lainnya. Sebagai Muslim kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan positif melalui syiar dan dakwah di Masjid. Mengajak saudara/i kita agar mau terlibat dan megikuti kegiatan-kegiatan di masjid seperti: Tadarus Al-Qur’an, Kajian-kajian Islam, Bakti Sosial, dll.
6. Melaksanakan I’tikaf. I’tikaf adalah amaliyah di bulan Ramadhan yang juga dilakukan Rasulullah Saw yaitu dengan berdiam diri di masjid dengan niat beribadah pada Allah SWT. Khususnya 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Sekarang telah terbangun budaya positif yaitu banyak masjid-masjid di DKI Jakarta yang mengkoordinir penyelenggaraan i’tikaf yang dikemas menarik. (Bagi yang Pria, Ayo.. ke Masjid dan yang Wanita dibolehkan juga kok)
7. Meraih Lailatul Qadar (LQ). Selama Ramadhan terdapat satu malam yang sangat populer yaitu LQ, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah Saw tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih LQ ini terutama malam-malam ganjil.”Barang siapa yang shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.(Mari yuk, kita bersemangat meraih LQ di Ramadhan tahun ini)
8. Ba’da Ramadhan. Setelah amaliyah sehari-hari (yaumiyah) dan aktifitas kegiatan dakwah selama bulan Ramadhan menjadi sarana pembinaan diri (tarbiyah dzatiyah) untuk meraih derajat taqwa. Semoga Kita dapat menjaga dan mempertahankannya hingga bertemu Ramadhan berikutnya.
Allahmua bariklana fi rojaba wasyakbana wabaligna romadhona ya allah aku bermohon berkahilah kita di bulan rajab dan bulan syakban dan panjangkan umur kita hingga ramadhan untuk beribadah kepadamu ya Allah .
Penulis adalah Pendidik Agama Islam SMA 1 Kendal dan STIP Farming Semarang
اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan dan disesatkan, dari ketergelinciran dan digelincirkan, dari berbuat dholim dan didholimi, dari berbuat bodoh dan dibodohi.” (HR. Abu Dawud, no 4430).

Ciri orang orang yang bodoh

Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh” (QS al-A'raf: 199)

“Tiada kekayaan seperti akal, tiada kefakiran seperti kebodohan, tiada warisan seperti adab sopan santun, dan tiada penolong seperti musyawarah”.
[Nahjul-Balaghah, hikmah ke-54]

Kebodohan dalam pandangan Rasulullah SAW
Sam’un bertanya kepada Rasulullah Saw mengenai tanda-tanda orang jahil (bodoh). Beliau Saw bersabda:
-Kalau kita berkawan dengan dia (orang bodoh), dia selalu merepotkan kita
-Kalau kita meninggalkan dia (orang bodoh), dia akan mencela kita
-Kalau dia (orang bodoh), memberikan sesuatu kepada kita, pasti ada maunya (keinginan)
-Kalau kita memberi sesuatu kepada dia (orang bodoh), maka dia suka cepat lupa
-Kalau kita menyampaikan rahasia kepada dia (orang bodoh), maka dia berkhianat
-Kalau kita merahasiakan sesuatu dari dia (orang bodoh), maka dia akan marah (menyerang) kepada kita
-Ia tidak pernah melihat kebaikan orang lain
-Kalau dia (orang bodoh) punya kebutuhan, dia lupa terhdap kenikmatan-kenikmatan Allah Swt
-Kalau dia (orang bodoh) sedang gembira, dia berlebihan (lupa daratan)
-Kalau dia (orang bodoh) sedang sedih, dia putus asa
-Kalau dia (orang bodoh) sudah tertawa, maka tertawanya berlebihan
-Kalau dia (orang bodoh) sudah menangis, maka tangisannya menjadi musibah (mengganggu) yang lain
-Orang ini (orang bodoh) tidak pernah cinta kepada Allah, dan tidak pernah berusaha untuk ber-taqarrub (dekat) dengan-Nya.
-Dia (orang bodoh) tidak malu dan tidak ingat (lalai) kepada pencipta-Nya.
-Kalau kita melakukan sesuatu kepada dia (orang bodoh), dan dia merasa rela (ridha), maka dia akan memuji kita secara berlebihan. Bahkan sampai menyebutkan berbagai kebaikan yang tidak ada pada kita, dan
Kalau dia (orang bodoh) sedang kesal (emosi), maka dia akan mencaci dengan berlebihan, bahkan sampai menyebutkan berbagai kejelekan yang tidak ada pada kita.

Kebodohan dalam Pandangan Ali bin Abi Tholib karomallahu wajhah
-Kamu tidak melihat orang bodoh kecuali dia cenderung ifrath (melampaui batas) atau tafrith (lalai)
-Banyak orang alim dibunuh oleh kebodohannya sendiri dan ilmunya tidak bermanfaat baginya

sahabat Ali kw. ditanya "Terangkan kepada kami sifat orang bijak" Beliau menjawab: "Dia adalah orang yang meletakkan sesuatu pada tempatnya";

kemudian beliau ditanya lagi "Jelaskan kepada kami sifat orang bodoh" sahabat Ali kw. Menjawab: "Sudah aku jelaskan (yakni orang yang meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya),

Barang siapa yang berdiri (menentang) kebenaran niscaya akan binasa.

Kebodohan dalam pandangan Muhammad Baqir
Suatu ketika Muhammad Baqir ibn Ali ibn Husain ibn Ali bin Abi Thalib ra. berniat untuk bepergian. Tiba-tiba ayah beliau Imam Ali As-Sajjad ra. masuk ke rumah. Salah satu yang diucapkan beliau adalah, “Wahai anakku, hindarilah bersahabat dan bergaul dengan orang bodoh; jauhi dan hindari berbicara dengannya.”

Beliau menjelaskan tanda-tanda kebodohan serta sempitnya pemikiran dan pandangannya. Beliau berkata:
-Apabila berbicara, kebodohannya mempermalukannya
-Apabila berdiam diri, celanya tertutupi
-Apabila berbuat (sesuatu), (ia) merusak
-Apabila diminta untuk menjaga (sesuatu), (ia) menghilangkannya
-Ilmunya tidak cukup bagi dirinya dan ilmu orang lain tidak berguna baginya
-Ia tidak taat kepada (orang) yang menasihatinya dan temannya tidak pernah (merasa) tenang dengan kehadirannya.
-Ibunya merasa tidak melahirkannya dan isterinya merasa telah kehilangan dirinya
-Tetangganya jauh dari rumahnya dan temannya menjauh darinya
-Apabila ia yang paling muda dalam majelis, (ia) merasa lebih sadar dari orang yang lebih tua (darinya)
-Apabila ia yang paling tua, (ia) merusak (orang) yang lebih muda darinya.

Orang bodoh itu celaka kecuali orang berilmu
Orang berilmu itu celaka kecuali dengan beramal (mengamalkannya)
Orang yang beramal juga celaka kecuali dengan keikhlasan
Dan ikhlas itu, berada dalam keadaan bahaya yang besar

"...Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil"
(Al-Baqarah: 67)

Aamiin Allaahumma Aamiin ......